Monday, July 15, 2019

Panduan Hukum Islam (Tentang Adab)

http://caraislam.weebly.com/ ISLAM ITU INDAH
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

ADAB HUKUM ISLAM (2)

Adab Berbicara

1. Pikirlah dahulu sebelum berbicara. Bicaralah selalu di dalam hal kebaikan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman yang artinya,

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.، (An-Nisa: 114)

2. Bicaralah dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah, ungkapan-nya jelas, dapat dipahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat atau dipaksa-paksakan.

3. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna. Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam menyatakan ، Termasuk baiknya Islam seseorang adalah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.، (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Maka bicaralah hanya secukupnya.

4. Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu dengar.

5. Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar. (HR. Muslim).

6. Hindari perdebatan dan saling membantah, sekalipun berada di pihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda.

7. Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Aku menjadi penjamin sebuah istana di taman Surga bagi siapa saja yang menghindari perdebatan sekalipun ia benar; dan penjamin istana di tengah-tengah Surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda. (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

8. Tenanglah dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa. Bunda Aisyah menuturkan, ،Sesungguhnya apabila Nabi shollallahu alaihi wa sallam membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya. (Muttafaq'alaih).

9. Hindari perkataan jorok (keji).

Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Bukankah seorang mukmin (jika ia) pencela, pengutuk atau yang keji pembicaraan-nya. (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Al-Mufrad, dan dishahihkan oleh Al-Albani).

10. Hindari sikap memaksakan diri dan banyak omong di dalam berbicara.

Hadits Jabir radhiallahu anhu menyebutkan, “Sesungguhnya manu-sia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun. “Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun?” Nabi menjawab, “Orang-orang yang sombong.” (HR. At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani).

11. Hindari ghibah (menggunjing) dan mengadu domba. Allah Subhanahu Wa Ta،¦ala berfirman,

12. Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.،¨ (Al-Hujurat: 12).

13. Dengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kita mengetahui apa yang dibicarakannya, tidak meng-anggap rendah pendapatnya atau mendustakannya.

14. Jangan memonopoli pembicaraan, tetapi berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.

15. Hindari perkataan kasar, dan ucapan yang menyakitkan perasaan serta tidak mencari-cari kesalahan dari kekeliruan pembicaraan orang lain, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian, permusuhan dan pertentangan. Seperti: Mengafirkan, menuduh fasik, memvonis celaka dan sumpah palsu.

16 Hindari sikap mengejek, memperolok-olok dan meman-dang rendah orang yang berbicara.

Allah SWT berfirman yang artinya,

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan).(Al-Hujurat: 11).

17. Jangan terlalu keras bersuara,

Allah SWT berfirman yang artinya,

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkan-lah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS. Lukman :19)

18. Jangan memanggil tuan yang mulia kepada orang fasik.

19. Jangan bersumpah selain dengan nama Allah.

20. Jangan mencaci dan menyalahkan masa, terutama kepada kaum muslimin.

Adab Beda Pendapat

1. Tenanglah dengan niat yang ikhlas dan mencari yang haq serta melepaskan diri dari nafsu di saat berbeda pendapat. Juga menghindari sikap over akting, membela diri, dan emosional.

2. Kembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Kitab Al-Qur’an dan Sunnah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Kemudian jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Kitab) dan Rasul.” (An-Nisa: 59).

3. Berbaik sangka kepada orang yang berbeda pendapat dan tidak menuduh buruk niatnya serta tidak mencela dan menganggapnya cacat.

4. Janganlah memperuncing perselisihan, tafsirkan penda-pat yang keluar dari lawan atau yang dinisbatkan kepa-danya dengan tafsiran yang baik.

5. Janganlah mudah menyalahkan orang lain, kecuali sesudah diteliti secara mendalam dan dipikirkan secara matang.

6. Berlapangdadalah di dalam menerima kritikan yang ditujukan kepada anda atau catatan-catatan yang dialamatkan kepada anda.

7. Hindarilah permasalahan-permasalahan khilafiyah dan fitnah.

8. Bersikaplah sopan dan berpegang teguh pada adab berdialog dan menghindari perdebatan, bantah-membantah dan kasar menghadapi kawan.

Adab Bercanda

Berhati-hatilah, hendaknya materi bercanda jangan mengandung nama Allah, ayat-ayat-Nya, sunnah rasul-Nya atau syi`ar-syi`ar Islam.

Allah berfirman tentang orang-orang yang memperolok-olokkan shahabat Nabi n, yang ahli baca Al-Qur`an yang artinya:

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan), tentulah mereka menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65-66).

2. Jangan sampai percandaan itu mengandung dusta maupun mengada-ada cerita-cerita khayalan supaya orang lain tertawa.

Rasulullah n bersabda, “Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta supaya dengannya orang banyak jadi tertawa. Celakalah baginya dan celakalah.” (HR. Ahmad dan dinilai hasan oleh Al-Albani)

3. Percandaan jangan sekali-kali mengandung unsur menyakiti perasaan seseorang.

Rasulullah bersabda, “Janganlah seseorang di antara kamu mengambil barang temannya apakah itu hanya canda atau sungguh-sungguh; dan jika ia telah mengambil tongkat temannya, maka ia harus mengembalikannya kepadanya.” (HR. Ahmad dan Abu Daud; dinilai hasan oleh Al-Albani).

4. Jangan bercanda terhadap orang yang lebih tua atau terhadap orang yang tidak bisa bercanda atau tidak dapat menerimanya, atau terhadap perempuan yang bukan mahram.

5. Janganlah memperbanyak canda sehingga menjadi tabiatmu, maka menjatuhkan wibawa yang mengaki-batkan mudah dipermainkan oleh orang lain.

Adab Bergaul

1. Perhatikan perasaan orang lain dan hormatilah, jangan menghina atau memandang mereka cacat, mencela dan memanggil dengan julukan jelek. (al-Hujurat : 11).

2. Jagalah dan perhatikan kondisi orang, mengenali karakter dan akhlaq mereka, lalu bergaul dengan mereka, masing-masing dengan sepantasnya dan ahlaq sebaik-baiknya. (Al-Bukhari: 6035, Ahmad: 6468, Tirmidzi: 1975, 3421, Muslim: 771)

3. Tempatkan orang lain pada kedudukannya dan masing-masing beri haknya dan hargailah.

4. Perhatikan, kenalilah keadaan dan kondisi mereka, dan menanyakan keadaan mereka dan jagalah rahasianya. (Tirmidzi: 1959, Abu Dawud: 4868, Ahmad: 14820, Bukhari: 6289, Muslim: 2482).

5. Tawadhu’lah kepada orang lain dan tidak merasa lebih tinggi atau takabbur dan bersikap angkuh terhadap mereka. (Muslim: 2865, Abu Dawud: 4895, Ahmad: 8782, Tirmidzi: 2029, Malik 1885, Ad Darimi: 1676, Ibn Majah: 4179.

6. Tersenyumlah ketika bertemu orang lain dengan bermuka manis dan lapang dada. (Tirmidzi: 1964, 3551, Abu Dawud: 1510, 4790, Ahmad: 1998 Ibn majah: 3820).

7. Berbicaralah sesuai dengan kemampuan akal mereka.

8. Berbaik sangka kepada orang lain dan tidak memata-matai mereka, jauhi sifat iri, dengki, hasud, maupun adu domba. Bukhri: 6058,6065,5052, Muslim: 2526, 815, 2559 Ahmad: 7296,4905,11663 Tirmidzi: 2025, 1935, 1936, Abu Dawud 4872, 4910, Malik: 1864, 1682, 1684, 1885.

9. Ma’afkan kekeliruan mereka dan tidak mencari-cari kesalahan-kesalahannya, serta menahan rasa benci ter-hadap mereka. (As Syura: 37,40, Ali Imran: 134) Tirmi-dzi: 2021, 2029, Ahmad: 15210, 7165, Malik: 1885, Abu Dawud: 4777, Ibn Majah: 4186, Ad Darimi: 1676.

10. Dengarlah pembicaraan pengaduan keluh kesah mere-ka dan hindari perdebatan serta berbantah-bantahan.

11. Janganlah menyebut-nyebut pemberian yang telah diberikan kepadanya (al-Baqarah: 262)

12. Jagalah selalu perdamaian meskipun dengan mere-kayasa (HR. Tirmidzi: 2509, 1938, Abu Dawud: 4920, 4962, Al-Bukhari: 2692, Muslim: 2692, Ahmad: 17824, 26727, 26962)

Adab di Masjid

1. Perhatikan kebersihan dan kesucian diri dan pakaian anda dan berdo’alah.Rasulullah n bila keluar rumah menuju masjid beliau berdo’a,

“Ya Allah, jadikanlah cahaya di dalam hatiku, dan cahaya pada lisanku, dan jadikanlah cahaya pada pendengaranku dan cahaya pada penglihatanku, dan jadikanlah cahaya (di bagian) belakangku, dan cahaya (di bagian) depanku, dan jadikanlah cahaya (di bagian) atasku dan cahaya bawahku. Ya Allah, anugerahilah aku cahaya.” (Muttafaq ’alaih dan Ibn Abbas z)

2. Menujulah masjid dengan tenang dan khidmat.Rasulullah n telah bersabda, “Apabila shalat telah diiqamatkan, maka janganlah kamu datang menujunya dengan berlari, tetapi datanglah kepadanya dengan berjalan dan memperhatikan ketenangan. Maka ikutilah bagian shalat yang kamu dapati dan sempurnakanlah yang tertinggal.” (Muttafaq ’alaih).

3. Di saat masuk masjid, dahulukanlah kaki kanan, kemudian bershalawat kepada Nabi lalu ucapkanlah

“Ya Allah, bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu.”Bila keluar dahulukan kaki kiri, lalu shalawatlah kepada Nabi n kemudian berdo`a

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon bagian dari karunia-Mu.” (HR. Muslim).

4. Lakukan shalat sunnah tahiyatul masjid.Rasulullah n bersabda, “Apabila seorang di antara kalian masuk masjid hendaklah ia shalat dua raka’at sebelum duduk.” (Muttafaq ‘alaih). Kemudian perbanyaklah dzikir, baca al-Qur’an, dsb.

5. Jangan berjual-beli dan mengumumkan barang hilang di dalam masjid.Rasulullah n bersabda, “Apabila kamu melihat orang yang menjual atau membeli sesuatu di dalam masjid, maka do’akanlah, “Semoga Allah tidak memberi keuntungan bagimu.” Dan apabila kamu melihat orang yang mengumumkan barang hilang, maka do’akanlah, “Semoga Allah tidak mengembalikan barangmu yang hilang.” (HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).

6. Pakailah harum-haruman. Jangan masuk masjid sehabis makan bawang putih, bawang merah atau orang yang badannya sedang berbau tidak sedap. Rasulullah n bersabda, “Barangsiapa yang memakan bawang putih, bawang merah atau bawang daun, maka jangan sekali-kali mendekat ke masjid kami ini, karena malaikat merasa terganggu dari apa yang mengganggu manusia.” (HR. Muslim).Dan termasuk juga rokok dan bau lain yang tidak sedap yang keluar dari badan atau pakaian.

7. Jangan keluar dari masjid sesudah adzan.Rasulullah n bersabda, “Apabila muadzin telah mengumandangkan adzan, maka jangan ada seorang pun yang keluar sebelum shalat.” (HR. Al-Baihaqi dan dishahihkan oleh Al-Albani).

8. Jangan lewat di depan orang yang sedang shalat, dan orang yang shalat disunnahkan menaruh batas di depannya.Rasulullah bersabda, “Kalau sekiranya orang yang lewat di depan orang yang sedang shalat itu mengetahui dosa perbuatannya, niscaya ia berdiri selama empat puluh tahun itu lebih baik baginya daripada lewat di depannya.” (Muttafaq ‘alaih).

9. Jangan menjadikan masjid sebagai jalan.Rasulullah n bersabda, “Janganlah kamu menjadikan masjid sebagai jalan, kecuali (sebagai tempat) untuk berzikir dan shalat.” (HR. Ath-Thabrani, dinilai hasan oleh Al-Albani).

10. Jangan menyaringkan suara di dalam masjid dan jangan mengganggu orang-orang yang sedang shalat. Matikan handphone, jangan pula menyanyi.

11. Wanita jangan memakai parfum atau berhias bila pergi ke masjid.Rasulullah n bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu (kaum wanita) ingin shalat di masjid, maka janganlah menggunakan parfum.” (HR. Muslim).

12. Orang junub, wanita haid atau nifas tidak boleh masuk masjid.Allah berfirman, “Dan jangan pula menghampiri masjid, sedang kamu dalam keadaan junub, kecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi.” (An-Nisa:43)Bunda `Aisyah x meriwayatkan bahwa Rasulullah n telah bersabda kepadanya, “Ambilkan buat saya kain alas dari masjid.”Bunda Aisyah menjawab, “Sesungguhnya aku haid?”Nabi bersabda, “Sesungguhnya haidmu bukan di tanganmu.” (HR. Muslim).

13. Jagalah kebersihan, jangan meludah di masjid, bila terpaksa gunakan tisu atau sapu tangan dsb; ke sebelah kiri.

14. Bila anda dalam keadaan lapar, sedang makanan telah dihidangkan, maka dahulukanlah makan sebelum berangkat ke masjid.

15. Jangan menjalin jari-jari tangan kanan kiri saat menuju masjid sampai shalat usai,

16. Berusahalah mendapatkan shaff awal dan berada di sebelah kanan imam.

17. Anda diizinkan menyampaikan salam kepada yang sedang shalat, dan ia membalaskannya dengan isyarat.

18. Berusahalah untuk beribadah dan dzikir dengan khusyu’ tutuplah mulut atau hidung di saat menguap atau bersin dan berdo’alah. Begitu pula dengan batuk atau suara lainnya, usahakan agar tidak mengganggu imam atau sesama makmum.

Adab Membaca Al-Quran

1. Tuluskan niat untuk ibadah yang sangat mulia ini. Membaca Al-Qur’an sebaiknya dalam keadaan sudah berwudhu, suci pakaiannya, badannya dan tempatnya, serta telah menggosok gigi.

2. Pilihlah tempat yang tenang dan waktunya sesuai agar anda dapat memusatkan pikiran dan jiwa lebih tenang.

3. Mulailah tilawah dengan ta`awwudz, kemudian basmalah pada setiap awal surah selain surah At-Taubah. Allah berfirman,“Apabila kamu akan membaca Al-Qur’an, maka memohonlah perlindungan kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk.” (An-Nahl: 98).

4. Perhatikan hukum-hukum tajwid dan bunyikan huruf sesuai dengan makhrajnya serta membacanya dengan tartil (perlahan-lahan). Allah berfirman yang artinya, “Dan Bacalah Al-Qur’an itu dengan tartil.” (Al-Muzzammil: 4).

5. Panjangkan bacaan dan perindah suara. Anas bin Malik z pernah ditanya, bagaimana bacaan Nabi n (terhadap Al-Qur’an)? Anas menjawab, “Bacaannya panjang (mad), kemudian Nabi membaca, “Bismillahir-rahmanirrahim” sambil memanjangkan bismillahi, dan memanjangkan bacaan ar-rahmani dan memanjangkan bacaan ar-rahim.” (HR. Al-Bukhari). Dan Nabi n juga bersabda, “Hiasilah suara kalian dengan Al-Qur’an.” (HR. Abu Daud, dan dishahihkan oleh Al-Albani).

6. Hendaknya membaca sambil merenungkan dan meng-hayati makna yang terkandung pada ayat-ayat yang dibaca, berinteraksi dengannya, sambil memohon Surga kepada Allah bila terbaca ayat-ayat Surga, dan berlindung kepada Allah dari Neraka bila membaca ayat-ayat Neraka.Allah berfirman,“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepada-mu penuh dengan berkah supaya mereka memperhati-kan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Shaad: 29).Sahabat Hudzaifah z menuturkan, “Adalah Nabi n … Apabila terbaca ayat yang mengandung makna bertasbih (kepada Allah) beliau bertasbih, dan apabila terbaca ayat yang mengandung do’a, maka beliau berdo’a, dan apabila terbaca ayat yang bermakna meminta perlindungan (kepada Allah) beliau memohon perlindungan.” (HR. Muslim).“Dan apabila dibacakan ayat-Nya kepada mereka bertambahlah iman mereka.” (al-Anfal: 2)

7. Dengarkan bacaan Al-Qur’an simaklah dengan tenang. Allah berfirman yang artinya: “Dan apabila Al-Qur’an dibacakan, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (Al-A`raf: 204).

8. Jagalah Al-Qur’an dan tekun membacanya dan mempelajarinya (bertadarus) sehingga tidak lupa. Rasulullah n bersabda, “Hafalkanlah Al-Qur’an baik-baik, karena demi Tuhan yang diriku berada di tangan-Nya, hafalan Al-Qur’an benar-benar lebih liar (mudah lepas) dari pada unta yang terikat di tali kendalinya.” (HR. Al-Bukhari).

9. Jangan menyentuh Al-Qur’an kecuali dalam keadaan suci. Allah berfirman yang artinya, “Tidak akan menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan”. (Al-Waqi`ah:79)

10. Wanita yang sedang haid atau nifas boleh membaca Al-Qur’an dengan tidak menyentuh mushafnya menurut salah satu pendapat ulama yang lebih kuat, karena tidak ada hadits shahih yang melarangnya.

11. Nyaringkan bacaan Al-Qur’an selagi tidak ada unsur riya’ atau yang negatif lainnya, atau dapat mengganggu orang yang sedang shalat, atau orang lain yang juga membaca Al-Qur’an. (Lihat HR. Abu Dawud no. 1332)

12. Berhentilah membaca bila sudah ngantuk.Rasulullah n bersabda, “Ápabila salah seorang kamu bangun di malam hari, lalu lisannya merasa sulit untuk membaca Al-Qur’an hingga tidak menyadari apa yang ia baca, maka hendaknya ia berbaring (tidur).” (HR. Muslim).

13. Jangan mengatakan saya lupa dengan ayat-ayat ini, akan tetapi katakan saya terlupakan ayat-ayat ini.

14. Diperbolehkan bagi orang yang berhadats kecil (bukan hadats besar) membaca al-Qur’an dengan hafalan. tanpa menyentuh mushaf. Sedangkan orang yang junub (hadats besar) tidak diperbolehkan membaca maupun menghafal mandi.

15. Mohon selalu taufik kepada Allah agar bisa mengamal-kan Al-Qur’an.

16. Letakkan al-Qur’an pada tempat yang layak dan terhormat, jangan dibawa masuk ke kamar kecil (WC) atau tempat yang tidak layak

17. Dilakukan dengan khusyu’ dengan pendalaman perasaan, memahami maknanya sampai menangis mengucurkan air mata.

18. Jangan menghentikan bacaan al-Qur’an kecuali pada akhir surat atau tempat berhentinya atau karenasesuatu alasan yang dibenarkan oleh syariat, bukan kerena urusan duniawi.

19. Hatamkan al-Qur’an di dalam satu bulan, atau dua puluh hari atau satu pekan atau maksimal tiga hari. Agar dapat mengambil i’tibar, kecuali pada bulan Ramadhan atau di masjidil haram atau bagi orang yang menjaga hafalannya, atau karena keperluan yang penting, beristiqomahlah setiap hari menyediakan waktu untuk membacanya.

20. Bacalah do’a setelah khatam membaca Al-Qur’an.

21. Jangan membaca shadaqallahul ‘adzim ketika usai membaca, karena tidak ada dasar syar’inya, begitu pula mencium dan mengusapnya.

22. Sujudlah ketika membaca ayat-ayat sajadah dan bacalah

“Wajahku sujud kepada zat yang menciptakannya, yang membuka pendengaran dan penglihatannya dengan kemampuan-Nya dan kekuatan-Nya”. (HR. Abu Daud no. 1414, Ahmad; 23502, An Nasa’i: 1129, At-Tirmidzi: 3425), Atau

(HR. Muslim: 771, Ahmad: 805, An Nasai: 1126, At Tirmidzi: 3421, Abu Daud: 760, Ibn Majah: 1054, atau do’a lain yang diajarkan Rasulullah .

23. Dianjurkan pula bersujud tilawah bagi yang berniat mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan sebenarnya. Sujud ini tidak disyaratkan berwudhu.

24. Jangan Menggantungkan atau menempelkan ayat-ayat al-Qur’an untuk hiasan atau mencari barokah dll, karena betentangan dengan tujuan diturunkannya Al-Qur’an itu sendiri. (Lihat QS; Shaad: 29, An-Nisa: 82) dan tidak ada contoh dari Rasulullah .

25. Jangan membaca al-Qur’an untuk mendapatkan upah duniawi (HR. Tirmidzi dari Imron . (Lihat Jam’ul Fawaid Hadits no: 6723)

26. Diizinkan membaca dan menghafal sambil berdiri, duduk, berbaring, naik kendaraan atau lainnya. (Lihat Qs. Az Zukhruf: 13 dan Ali Imran: 191)

27. Jangan membaca al-Qur’an dengan suara berjamaah atau berkumpul-kumpul dalam satu acara seperti kematian kecuali untuk pengajaran atau latihan bagi orang yang hidup karena tidak ada perintah atau contoh demikian dari Rasulullah.

Adab Berdoa

1. Harus diingat bahwa berdo'a adalah ibadah yang agung, sebelum berdo'a hendaknya memuji Allah kemudian bershalawat Nabi saw.

Rasulullah saw pernah mendengar seorang lelaki sedang berdo'a di dalam shalatnya, namun ia tidak memuji Allah SWT dan tidak bershalawat atas Nabi saw maka Nabi bersabda kepadanya, Kamu telah tergesa-gesa wahai orang yang sedang shalat. Apabila selesai shalat, lalu engkau duduk, maka memujilah kepada Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya, dan bershalawatlah kepadaku, kemudian berdo'alah. (HR. At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani).

2. Mengakui dosa-dosa, kekurangan dan merendahkan diri, khusyu', penuh harap dan rasa takut kepada Allah ketika berdo'a.

Allah SWT berfirman, Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera di dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu` kepada Kami. (Al-Anbiya': 90).

3. Berwudhu' sebelum berdo'a, menghadap Kiblat dan mengangkat kedua tangan di saat berdo'a.

Abu Musa Al-Asy`ari ra menyebutkan bahwa seusai perang Hunain, Nabi minta air lalu berwudhu, kemudian mengangkat kedua tangannya; dan aku melihat putihnya kulit ketiak beliau. (Muttafaq 'alaih).

4. Bersungguh-sungguhlah, mantapkan keyakinan dalam memohon.

Rasulullah saw bersabda, Apabila kamu berdo'a kepada Allah, maka bersungguh-sungguhlah, dan jangan sampai ada seorang di antara kalian yang mengatakan, Jika Engkau menghendaki, maka berilah aku, karena sesungguhnya Allah, tidak ada yang dapat memaksa-Nya (Allah). Dan di dalam satu riwayat disebutkan, Akan tetapi hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam memohon dan membesarkan harapan, karena sesungguhnya Allah tidak merasa berat terhadap sesuatu yang Dia berikan. (Muttafaq 'alaih).

5. Hindari do'a buruk terhadap diri sendiri, anak dan harta.

Rasulullah saw bersabda, Jangan sekali-kali kamu mendo'akan keburukan terhadap dirimu dan juga terhadap anak-anak maupun harta kamu sendiri, karena dikhawatirkan do'amu bertepatan dengan waktu Allah mengabulkan do'amu. (HR. Muslim).

6. Rendahkan suara di dalam berdo'a.

Rasulullah saw bersabda, Wahai sekalian manusia, kasihanilah dirimu, karena sesungguhnya kamu tidak berdo'a kepada yang tuli dan tidak pula yang ghaib, sesungguhnya kamu berdo'a (memohon) kepada Yang Maha dekat Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu menyertaimu. (HR. Al-Bukhari).

7. Pusatkan hati di dalam berdo'a.

Rasulullah saw bersabda, Berdo'alah kepada Allah dalam keadaan yakin dikabulkan, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah tidak mengabulkan do'a dari hati yang lalai. (HR. At-Tirmidzi dan dihasankan oleh Al-Albani).

8. Jangan bersajak di dalam berdo'a.

Ibnu Abbas berkata kepada Ikrimah, Perhatikan sajak dalam do'amu, lalu hindarilah itu, karena sesungguhnya aku memperhatikan Rasulullah saw dan para shahabat-nya tidak melakukan hal tersebut. (HR. Al-Bukhari).

9. Carilah dan makanlah dari rizki yang halal agar do'a dikabulkan.

10. Berperantaralah dengan amal sholeh (bertawasul) terutama dengan berbuat baik kepada kedua orang tua, bershodaqah, menunaikan kewajiban dengan sempurna dan rajin mengamalkan ibadah sunnah.

11. Pilihlah kalimat do'a yang baku seperti yang ada pada al-Qur'an dan hadits.

12. Ucapkan do'a itu berulang-ulang.

13. Pilihlah waktu-waktu yang mustajab seperti:

- Di akhir bacaan tasyahud dalam shalat

-Sepertiga akhir malam

-Di antara dua khutbah jum'at

-Di antara adzan dan iqamah

-Di saat waktu ashar hari jum'at sampai maghrib

-Di saat hujan turun lebat

-Di saat ada suara ayam jantan berkokok (HR. Al-Bukhari: 3303, Muslim: 8003)

-Pada hari arafah dan 1-10 Dzulhijjah

-Saat berbuka puasa

-Saat Safar

-Malam lailatul Qadar atau sepuluh akhir Ramadhan.

-Do'a orang tua kepada anaknya

-Do'a saat ketemu dua pasukan perang (Abu Daud: 2540)

14. Tempat-tempat mustajab

- Tanah Arafah di sore hari Arafah (9 Dzulhijjah) .. Di Shofa dan Marwah

-Setelah melempar jumrah ula dan Wustho

-Di masjidil haram, masjid Nabawi dan masjidil Aqsho

-Di masjid saat menuntut ilmu dan madarosah al-Qur'an yaitu saat ber-kumpulnya malaikat dan rahmat

-Di Tempat orang sakit ketika kita menjenguknya

Adab Makan dan Minum

1. Berusahalah dengan hati-hati untuk mencari makanan yang halal.

Allah berfirman,

“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.” (Al-Baqarah: 172).

Yang baik di sini artinya yang halal.

2. Makan dan minum diniatkan agar mampu beribadah kepada Allah, sehingga bernilai ibadah serta mendapat pahala.

3. Cuci tangan sebelum dan setelah makan, dan bersihkan mulut terutama jika hendak menuju sholat.

4. Hendaklah merasa puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan jangan sekali-kali mencelanya. Abu Hurairah menuturkan, “Rasulullah sama sekali tidak pernah mencela makanan. Apabila beliau suka sesuatu ia makan dan jika tidak, maka beliau tinggalkan.” (Muttafaq ’alaih).

5. Jangan makan sambil bersandar atau dengan keadaan meniarap. Rasulullah bersabda; “Aku tidak makan sambil bersandar”. (HR. Al-Bukhari).

Ibnu Umar menuturkan: “Rasulullah n melarang dua tempat makan, iaitu duduk di meja tempat minum khamar dan makan sambil meniarap.” (HR. Abu Daud, dishahihkan oleh Al-Albani).

6. Jangan menggunakan bejana emas dan perak. Nabi S.a.w bersabda, “….. dan janganlah kamu minum dengan menggunakan bejana yang terbuat dari emas dan perak, dan jangan pula kamu makan dengan piring yang terbuat darinya, kerana keduanya untuk mereka (orang kafir) di dunia ini dan untuk kita di akhirat kelak.” (Muttafaq ’alaih)

7. Mulailah makan dan minum dengan membaca bismillah dan diakhiri dengan alhamdulillah. Rasulullah n bersabda, “Apabila seorang di antara kalian makan, hendaklah menyebut nama Allah . dan jika lupa menyebut nama Allah . di awalnya maka hendaklah mengatakan: Bismillahi fi awwalihi wa akhirihi.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Dan mengakhiri dengan Hamdalah, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah sangat meredhai hamba yang apabila telah memakan suatu makanan ia memuji-Nya dan apabila meminum minuman ia pun memuji-Nya.” (HR. Muslim).

8. Makanlah dengan tangan kanan dan mulailah dari yang ada di depanmu.

Rasulullah bersabda kepada Umar bin Salamah, “Wahai anak muda, sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu serta makanlah apa yang di dekatmu.” (Muttafaq ’alaih).

9. Makanlah dengan tiga jari dan menjilati jari-jari itu sesudah makan. Ayah Ka`ab bin Malik menuturkan, “Rasulullah makan dengan tiga jari dan beliau menjilatinya sebelum mengelapnya.” (HR. Muslim).

10. Ambillah makanan yang terjatuh dan buang bahagian yang kotor lalu memakannya. Rasulullah n bersabda, “Apabila suapan makan seorang dari kamu jatuh hendaklah ia memungut dan membuang bahagian yang kotor, lalu makanlah ia dan jangan membiarkannya untuk syetan.” (HR. Muslim).

11. Jangan meniup makan yang masih panas atau bernafas di saat minum. Ibnu Abbas menuturkan, “Bahawasanya Nabi melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya.” (HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).

12. Makanlah secukupnya, jangan berlebih-lebihan. Rasulullah bersabda, “Tiada tempat yang lebih buruk yang dipenuhi oleh seseorang daripada perutnya. Cukuplah bagi seseorang beberapa suap saja untuk menegakkan tulang punggungnya; jikapun terpaksa, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk bernafas.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).

13. Sebagai tuan rumah jangan melihat wajah tamu yang sedang makan, tundukkan pandangan, agar tidak mengganggu perasaan mereka.

14. Jangan memulai makan jamuan jika di dalam majlis ada orang yang lebih berhak memulai, seperti yang lebih tua atau mempunyai kedudukan.

15. Jangan melakukan hal-hal yang menjijikkan, seperti memasukkan tangan ke bejana, atau mendekatkan kepala ke tempat makanan di waktu makan, atau membicarakan perkara-perkara yang menjijikkan.

16. Jangan minum langsung dari bibir bejana (wadah air). Ibnu Abbas berkata, “Nabi melarang minum dari bibir bejana wadah air.” (HR. Al-Bukhari).

17. Minumlah sambil duduk, kecuali jika berhalangan. Sahabat Anas menuturkan, “Bahwa sesungguhnya Nabi melarang minum sambil berdiri.” (HR. Muslim). No. 2023, Ahmad 11775, At Tirmidzi No. 1879 Abu Daud: 3717 Ibnu Majah 3424, Ad Darimi: 2127.

18. Dahulukan makan sebelum shalat jika anda telah lapar. Rasulullah n bersabda:

“Tidak sempurna shalat dengan datangnya makanan dan tidak pula jika seseorang menahan dua hadats” (HR. Muslim:560, Ahmad:23646, Abu Daud; 89)

19. Dahulukan makan dari tepi piring jangan dari atas atau tengahnya (HR. Abu Daud; 3772, Ahmad; 2435; At Tirmidzi; 1805, Ibnu Majah; 3277, Ad Darimi; 2036, 2046 dari Ibnu Abbas) .

20. Jangan mengambil terlalu banyak bila makan bersama orang lain, kecuali jika atas izin kawan dalam jamuan itu. (HR. Al Bukhari; 2455, Muslim; 2045, Ahmad; 5027, At Tirmidzi; 1814, Abu Daud; 3834, Ibnu Majah; 3331, dari Syu’bah dari Jablah.)

21. Tunggulah makanan yang masih panas, jangan dimakan sampai hilang wap panasnya kerana itulah yang lebih besar barokahnya. (HR. Ad Darimi; 2047, Ahmad; 26418, dari Asma bin Abu bakar.)

22. Disunnahkan bagi tuan Rumah atau yang memberi minum untuk minum terakhir setelah giliran para tamu. (HR. Muslim; 681, Ahmad; 22041, At Tirmidzi; 1894, Ibnu Majah; 3436, Ad Darimi; 2135 dari Qatadah.)

23. Diizinkan makan sambil berbicara yang baik, mensyukuri dll. (lihat riwayat Imam Ahmad “Adab Syariah 3:163)

24. Disunnahkan makan sambil berkumpul (HR. Muslim No. 2059, Ahmad; 13810, At Tirmidzi; 1820, Ibnu Ma-jah; 3254, Ad Darimi; 2044, dari Jabir bin Abdullah.

Adab Menerima Tamu

1. Undanglah orang-orang yang bertaqwa, jangan mengundang orang-orang fasiq.

Rasulullah bersabda, “Janganlah kamu bersahabat kecuali dengan seorang mukmin, dan jangan memakan makananmu kecuali orang yang bertaqwa.” (HR. Ahmad dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

2. Undanglah orang-orang fakir, jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan.

Rasulullah bersabda, “Seburuk-buruk makanan adalah makanan pesta pengantin (walimah), karena yang diundang hanya orang-orang kaya, tanpa orang-orang faqir.” (Muttafaq ’alaih)

3. Niatkan untuk mengikuti sunnah dan membahagiakan teman-teman dalam mengundang jamuan jangan diniatkan untuk berbangga-bangga dan berfoya-foya.

Dan Janganlah memaksakan diri untuk mengundang tamu. Anas z menuturkan: “Pada saat kami berada di sisi Umar, ia berkata, “Kami dilarang memaksakan diri (membuat diri sendiri repot).” (HR. Al-Bukhari).

4. Jangan anda membebani tamu untuk membantu, karena hal ini bertentangan dengan kewibawaan dan jangan menampakkan kejemuan terhadap tamu, tetapi menampakkan kegembiraan dengan kehadiran mereka, bermuka manis dan berbicara ramah dan ceria.

5. Segera hidangkan makanan, karena yang demikian itu berarti menghormatinya dan dahulukanlah yang tua dari yang muda dan yang kanan dari yang kiri.

6. Jangan tergesa-gesa mengangkat hidangan sebelum tamu selesai menikmati jamuan anda.

7. Antarkanlah tamu hingga di luar pintu rumah.

Adab Bertamu

1. Undanglah orang-orang yang bertaqwa, jangan mengundang orang-orang fasiq.

Rasulullah bersabda, “Janganlah kamu bersahabat kecuali dengan seorang mukmin, dan jangan memakan makananmu kecuali orang yang bertaqwa.” (HR. Ahmad dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

2. Undanglah orang-orang fakir, jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan.

Rasulullah bersabda, “Seburuk-buruk makanan adalah makanan pesta pengantin (walimah), karena yang diundang hanya orang-orang kaya, tanpa orang-orang faqir.” (Muttafaq ’alaih)

3. Niatkan untuk mengikuti sunnah dan membahagiakan teman-teman dalam mengundang jamuan jangan diniatkan untuk berbangga-bangga dan berfoya-foya.

Dan Janganlah memaksakan diri untuk mengundang tamu. Anas z menuturkan: “Pada saat kami berada di sisi Umar, ia berkata, “Kami dilarang memaksakan diri (membuat diri sendiri repot).” (HR. Al-Bukhari).

4. Jangan anda membebani tamu untuk membantu, karena hal ini bertentangan dengan kewibawaan dan jangan menampakkan kejemuan terhadap tamu, tetapi menampakkan kegembiraan dengan kehadiran mereka, bermuka manis dan berbicara ramah dan ceria.

5. Segera hidangkan makanan, karena yang demikian itu berarti menghormatinya dan dahulukanlah yang tua dari yang muda dan yang kanan dari yang kiri.

6. Jangan tergesa-gesa mengangkat hidangan sebelum tamu selesai menikmati jamuan anda.

7. Antarkanlah tamu hingga di luar pintu rumah.

8. Kembalilah dengan ridho dan maafkan kekurangan yang ada pada tuan rumah.

9. Do’akan tuan rumah seusai menyantap hidangannya. Dengan do’a:

“Orang yang berpuasa telah berbuka puasa padamu. orang-orang yang baik telah memakan makananmu dan para malaikat telah bershalawat untukmu.” (HR. Abu Daud, dishahihkan Al-Albani).

“Ya Allah, ampunilah mereka, belas kasihilah mereka, berkahilah bagi mereka apa yang telah Engkau karunia-kan kepada mereka. Ya Allah, berilah makan orang yang telah memberi kami makan, dan berilah minum orang yang memberi kami minum.”

Diposting Oleh : kawani media

Wans Sihabuddin Artikel ini tentang Panduan Hukum Islam (Tentang Adab).Blog ini dibuat KHUSUS sebagai Media PENGINGAT DIRI dan sarana berbagi pengetahuan agama dengan sesama. Silahkan menyalin atau menyebarkan isi dari Blog ini dengan mencantumkan sumbernya, semoga bermanfaat. “Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.” (HR. Muslim). Apabila suka dengan postingan ini silahkan di Like dan Share dengan tidak lupa Komentar dan Masukannya.

:: Media Kawani Group ! ::

0 comments:

Post a Comment