Hukum Islam

Pembahasan tentang Bab Rukun Islam dan Rukun Iman.

Al - Qur'an

Al-Qur'an adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia dan bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad S.A.W melalui perantaraan Malaikat Jibril; dan wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad adalah sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-'Alaq ayat 1-5.

Al - Hadits

Hadits adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadits dijadikan sumber hukum Islam selain al-Qur'an, dalam hal ini kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur'an. Kedudukannya yang lebih lengkap adalah sebagai berikut: Al-Qur'an, Hadits, Ijtihad: Ijma (kesepakatan para ulama), Qiyas (menetapkan suatu hukum atas perkara baru yang belum ada pada masa Nabi Muhammad hidup).

Tauhid

Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah. Dalam pengamalannya ketauhidan dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah, uluhiyah dan Asma wa Sifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari kalimat syahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim..

Fiqh

Fikih adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya.Beberapa ulama fikih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fikih sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah.

Sunnah

Sunnah adalah segala yang di sampaikan oleh Rasulullah saw, baik berupa perkataan perbuatan atau pengakuan atau penetapan. Sunnah dalam Islam mengacu kepada sikap, tindakan, ucapan dan cara rasulullah menjalani hidupnya atau garis-garis perjuangan (tradisi) yang dilaksanakan oleh rasulullah. Sunnah merupakan sumber hukum kedua dalam Islam, setelah Al-Quran. Narasi atau informasi yang disampaikan oleh para sahabattentang sikap, tindakan, ucapan dan cara rasulullah disebut sebagai hadits. Sunnah yang diperintahkan oleh Allah disebut sunnatullah(hukum alam).

Gaya Hidup Islami

Prinsip dasar gaya hidup Islami.

Kumpulan Doa

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. ” (QS. Albaqarah: 186).

Wednesday, April 20, 2022

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?



http://caraislam.weebly.com/ ISLAM ITU INDAH

Thursday, April 14, 2022

Ceramah dan Tanya Jawab Ustad Abdul Somad Lc



http://caraislam.weebly.com/ ISLAM ITU INDAH

Friday, April 8, 2022

Ngaji Kitab Kuning Bersama UAS



http://caraislam.weebly.com/ ISLAM ITU INDAH

Monday, March 21, 2022

Tentang Bid'ah

Allah sang pemilik Bid'ah
Yu simak penjelasannya sampai tuntas agar tidak salah memahaminya

 https://youtube.com/c/OneshareMedia


http://caraislam.weebly.com/ ISLAM ITU INDAH

Thursday, March 17, 2022

Ceramah terbaru Ustad Abdul Somad Lc

Antara suara Adzan dan Gonggongan Anjing

https://youtu.be/c9utFfb2v2c


http://caraislam.weebly.com/ ISLAM ITU INDAH

Monday, July 15, 2019

Panduan Hukum Islam (Tentang Adab)

ADAB HUKUM ISLAM (2)

Adab Berbicara

1. Pikirlah dahulu sebelum berbicara. Bicaralah selalu di dalam hal kebaikan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman yang artinya,

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.، (An-Nisa: 114)

2. Bicaralah dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah, ungkapan-nya jelas, dapat dipahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat atau dipaksa-paksakan.

3. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna. Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam menyatakan ، Termasuk baiknya Islam seseorang adalah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.، (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Maka bicaralah hanya secukupnya.

4. Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu dengar.

5. Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar. (HR. Muslim).

6. Hindari perdebatan dan saling membantah, sekalipun berada di pihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda.

7. Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Aku menjadi penjamin sebuah istana di taman Surga bagi siapa saja yang menghindari perdebatan sekalipun ia benar; dan penjamin istana di tengah-tengah Surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda. (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

8. Tenanglah dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa. Bunda Aisyah menuturkan, ،Sesungguhnya apabila Nabi shollallahu alaihi wa sallam membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya. (Muttafaq'alaih).

9. Hindari perkataan jorok (keji).

Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Bukankah seorang mukmin (jika ia) pencela, pengutuk atau yang keji pembicaraan-nya. (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Al-Mufrad, dan dishahihkan oleh Al-Albani).

10. Hindari sikap memaksakan diri dan banyak omong di dalam berbicara.

Hadits Jabir radhiallahu anhu menyebutkan, “Sesungguhnya manu-sia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun. “Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun?” Nabi menjawab, “Orang-orang yang sombong.” (HR. At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani).

11. Hindari ghibah (menggunjing) dan mengadu domba. Allah Subhanahu Wa Ta،¦ala berfirman,

12. Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.،¨ (Al-Hujurat: 12).

13. Dengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kita mengetahui apa yang dibicarakannya, tidak meng-anggap rendah pendapatnya atau mendustakannya.

14. Jangan memonopoli pembicaraan, tetapi berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.

15. Hindari perkataan kasar, dan ucapan yang menyakitkan perasaan serta tidak mencari-cari kesalahan dari kekeliruan pembicaraan orang lain, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian, permusuhan dan pertentangan. Seperti: Mengafirkan, menuduh fasik, memvonis celaka dan sumpah palsu.

16 Hindari sikap mengejek, memperolok-olok dan meman-dang rendah orang yang berbicara.

Allah SWT berfirman yang artinya,

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan).(Al-Hujurat: 11).

17. Jangan terlalu keras bersuara,

Allah SWT berfirman yang artinya,

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkan-lah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS. Lukman :19)

18. Jangan memanggil tuan yang mulia kepada orang fasik.

19. Jangan bersumpah selain dengan nama Allah.

20. Jangan mencaci dan menyalahkan masa, terutama kepada kaum muslimin.

Adab Beda Pendapat

1. Tenanglah dengan niat yang ikhlas dan mencari yang haq serta melepaskan diri dari nafsu di saat berbeda pendapat. Juga menghindari sikap over akting, membela diri, dan emosional.

2. Kembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Kitab Al-Qur’an dan Sunnah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Kemudian jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Kitab) dan Rasul.” (An-Nisa: 59).

3. Berbaik sangka kepada orang yang berbeda pendapat dan tidak menuduh buruk niatnya serta tidak mencela dan menganggapnya cacat.

4. Janganlah memperuncing perselisihan, tafsirkan penda-pat yang keluar dari lawan atau yang dinisbatkan kepa-danya dengan tafsiran yang baik.

5. Janganlah mudah menyalahkan orang lain, kecuali sesudah diteliti secara mendalam dan dipikirkan secara matang.

6. Berlapangdadalah di dalam menerima kritikan yang ditujukan kepada anda atau catatan-catatan yang dialamatkan kepada anda.

7. Hindarilah permasalahan-permasalahan khilafiyah dan fitnah.

8. Bersikaplah sopan dan berpegang teguh pada adab berdialog dan menghindari perdebatan, bantah-membantah dan kasar menghadapi kawan.

Adab Bercanda

Berhati-hatilah, hendaknya materi bercanda jangan mengandung nama Allah, ayat-ayat-Nya, sunnah rasul-Nya atau syi`ar-syi`ar Islam.

Allah berfirman tentang orang-orang yang memperolok-olokkan shahabat Nabi n, yang ahli baca Al-Qur`an yang artinya:

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan), tentulah mereka menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65-66).

2. Jangan sampai percandaan itu mengandung dusta maupun mengada-ada cerita-cerita khayalan supaya orang lain tertawa.

Rasulullah n bersabda, “Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta supaya dengannya orang banyak jadi tertawa. Celakalah baginya dan celakalah.” (HR. Ahmad dan dinilai hasan oleh Al-Albani)

3. Percandaan jangan sekali-kali mengandung unsur menyakiti perasaan seseorang.

Rasulullah bersabda, “Janganlah seseorang di antara kamu mengambil barang temannya apakah itu hanya canda atau sungguh-sungguh; dan jika ia telah mengambil tongkat temannya, maka ia harus mengembalikannya kepadanya.” (HR. Ahmad dan Abu Daud; dinilai hasan oleh Al-Albani).

4. Jangan bercanda terhadap orang yang lebih tua atau terhadap orang yang tidak bisa bercanda atau tidak dapat menerimanya, atau terhadap perempuan yang bukan mahram.

5. Janganlah memperbanyak canda sehingga menjadi tabiatmu, maka menjatuhkan wibawa yang mengaki-batkan mudah dipermainkan oleh orang lain.

Adab Bergaul

1. Perhatikan perasaan orang lain dan hormatilah, jangan menghina atau memandang mereka cacat, mencela dan memanggil dengan julukan jelek. (al-Hujurat : 11).

2. Jagalah dan perhatikan kondisi orang, mengenali karakter dan akhlaq mereka, lalu bergaul dengan mereka, masing-masing dengan sepantasnya dan ahlaq sebaik-baiknya. (Al-Bukhari: 6035, Ahmad: 6468, Tirmidzi: 1975, 3421, Muslim: 771)

3. Tempatkan orang lain pada kedudukannya dan masing-masing beri haknya dan hargailah.

4. Perhatikan, kenalilah keadaan dan kondisi mereka, dan menanyakan keadaan mereka dan jagalah rahasianya. (Tirmidzi: 1959, Abu Dawud: 4868, Ahmad: 14820, Bukhari: 6289, Muslim: 2482).

5. Tawadhu’lah kepada orang lain dan tidak merasa lebih tinggi atau takabbur dan bersikap angkuh terhadap mereka. (Muslim: 2865, Abu Dawud: 4895, Ahmad: 8782, Tirmidzi: 2029, Malik 1885, Ad Darimi: 1676, Ibn Majah: 4179.

6. Tersenyumlah ketika bertemu orang lain dengan bermuka manis dan lapang dada. (Tirmidzi: 1964, 3551, Abu Dawud: 1510, 4790, Ahmad: 1998 Ibn majah: 3820).

7. Berbicaralah sesuai dengan kemampuan akal mereka.

8. Berbaik sangka kepada orang lain dan tidak memata-matai mereka, jauhi sifat iri, dengki, hasud, maupun adu domba. Bukhri: 6058,6065,5052, Muslim: 2526, 815, 2559 Ahmad: 7296,4905,11663 Tirmidzi: 2025, 1935, 1936, Abu Dawud 4872, 4910, Malik: 1864, 1682, 1684, 1885.

9. Ma’afkan kekeliruan mereka dan tidak mencari-cari kesalahan-kesalahannya, serta menahan rasa benci ter-hadap mereka. (As Syura: 37,40, Ali Imran: 134) Tirmi-dzi: 2021, 2029, Ahmad: 15210, 7165, Malik: 1885, Abu Dawud: 4777, Ibn Majah: 4186, Ad Darimi: 1676.

10. Dengarlah pembicaraan pengaduan keluh kesah mere-ka dan hindari perdebatan serta berbantah-bantahan.

11. Janganlah menyebut-nyebut pemberian yang telah diberikan kepadanya (al-Baqarah: 262)

12. Jagalah selalu perdamaian meskipun dengan mere-kayasa (HR. Tirmidzi: 2509, 1938, Abu Dawud: 4920, 4962, Al-Bukhari: 2692, Muslim: 2692, Ahmad: 17824, 26727, 26962)

Adab di Masjid

1. Perhatikan kebersihan dan kesucian diri dan pakaian anda dan berdo’alah.Rasulullah n bila keluar rumah menuju masjid beliau berdo’a,

“Ya Allah, jadikanlah cahaya di dalam hatiku, dan cahaya pada lisanku, dan jadikanlah cahaya pada pendengaranku dan cahaya pada penglihatanku, dan jadikanlah cahaya (di bagian) belakangku, dan cahaya (di bagian) depanku, dan jadikanlah cahaya (di bagian) atasku dan cahaya bawahku. Ya Allah, anugerahilah aku cahaya.” (Muttafaq ’alaih dan Ibn Abbas z)

2. Menujulah masjid dengan tenang dan khidmat.Rasulullah n telah bersabda, “Apabila shalat telah diiqamatkan, maka janganlah kamu datang menujunya dengan berlari, tetapi datanglah kepadanya dengan berjalan dan memperhatikan ketenangan. Maka ikutilah bagian shalat yang kamu dapati dan sempurnakanlah yang tertinggal.” (Muttafaq ’alaih).

3. Di saat masuk masjid, dahulukanlah kaki kanan, kemudian bershalawat kepada Nabi lalu ucapkanlah

“Ya Allah, bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu.”Bila keluar dahulukan kaki kiri, lalu shalawatlah kepada Nabi n kemudian berdo`a

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon bagian dari karunia-Mu.” (HR. Muslim).

4. Lakukan shalat sunnah tahiyatul masjid.Rasulullah n bersabda, “Apabila seorang di antara kalian masuk masjid hendaklah ia shalat dua raka’at sebelum duduk.” (Muttafaq ‘alaih). Kemudian perbanyaklah dzikir, baca al-Qur’an, dsb.

5. Jangan berjual-beli dan mengumumkan barang hilang di dalam masjid.Rasulullah n bersabda, “Apabila kamu melihat orang yang menjual atau membeli sesuatu di dalam masjid, maka do’akanlah, “Semoga Allah tidak memberi keuntungan bagimu.” Dan apabila kamu melihat orang yang mengumumkan barang hilang, maka do’akanlah, “Semoga Allah tidak mengembalikan barangmu yang hilang.” (HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).

6. Pakailah harum-haruman. Jangan masuk masjid sehabis makan bawang putih, bawang merah atau orang yang badannya sedang berbau tidak sedap. Rasulullah n bersabda, “Barangsiapa yang memakan bawang putih, bawang merah atau bawang daun, maka jangan sekali-kali mendekat ke masjid kami ini, karena malaikat merasa terganggu dari apa yang mengganggu manusia.” (HR. Muslim).Dan termasuk juga rokok dan bau lain yang tidak sedap yang keluar dari badan atau pakaian.

7. Jangan keluar dari masjid sesudah adzan.Rasulullah n bersabda, “Apabila muadzin telah mengumandangkan adzan, maka jangan ada seorang pun yang keluar sebelum shalat.” (HR. Al-Baihaqi dan dishahihkan oleh Al-Albani).

8. Jangan lewat di depan orang yang sedang shalat, dan orang yang shalat disunnahkan menaruh batas di depannya.Rasulullah bersabda, “Kalau sekiranya orang yang lewat di depan orang yang sedang shalat itu mengetahui dosa perbuatannya, niscaya ia berdiri selama empat puluh tahun itu lebih baik baginya daripada lewat di depannya.” (Muttafaq ‘alaih).

9. Jangan menjadikan masjid sebagai jalan.Rasulullah n bersabda, “Janganlah kamu menjadikan masjid sebagai jalan, kecuali (sebagai tempat) untuk berzikir dan shalat.” (HR. Ath-Thabrani, dinilai hasan oleh Al-Albani).

10. Jangan menyaringkan suara di dalam masjid dan jangan mengganggu orang-orang yang sedang shalat. Matikan handphone, jangan pula menyanyi.

11. Wanita jangan memakai parfum atau berhias bila pergi ke masjid.Rasulullah n bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu (kaum wanita) ingin shalat di masjid, maka janganlah menggunakan parfum.” (HR. Muslim).

12. Orang junub, wanita haid atau nifas tidak boleh masuk masjid.Allah berfirman, “Dan jangan pula menghampiri masjid, sedang kamu dalam keadaan junub, kecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi.” (An-Nisa:43)Bunda `Aisyah x meriwayatkan bahwa Rasulullah n telah bersabda kepadanya, “Ambilkan buat saya kain alas dari masjid.”Bunda Aisyah menjawab, “Sesungguhnya aku haid?”Nabi bersabda, “Sesungguhnya haidmu bukan di tanganmu.” (HR. Muslim).

13. Jagalah kebersihan, jangan meludah di masjid, bila terpaksa gunakan tisu atau sapu tangan dsb; ke sebelah kiri.

14. Bila anda dalam keadaan lapar, sedang makanan telah dihidangkan, maka dahulukanlah makan sebelum berangkat ke masjid.

15. Jangan menjalin jari-jari tangan kanan kiri saat menuju masjid sampai shalat usai,

16. Berusahalah mendapatkan shaff awal dan berada di sebelah kanan imam.

17. Anda diizinkan menyampaikan salam kepada yang sedang shalat, dan ia membalaskannya dengan isyarat.

18. Berusahalah untuk beribadah dan dzikir dengan khusyu’ tutuplah mulut atau hidung di saat menguap atau bersin dan berdo’alah. Begitu pula dengan batuk atau suara lainnya, usahakan agar tidak mengganggu imam atau sesama makmum.

Adab Membaca Al-Quran

1. Tuluskan niat untuk ibadah yang sangat mulia ini. Membaca Al-Qur’an sebaiknya dalam keadaan sudah berwudhu, suci pakaiannya, badannya dan tempatnya, serta telah menggosok gigi.

2. Pilihlah tempat yang tenang dan waktunya sesuai agar anda dapat memusatkan pikiran dan jiwa lebih tenang.

3. Mulailah tilawah dengan ta`awwudz, kemudian basmalah pada setiap awal surah selain surah At-Taubah. Allah berfirman,“Apabila kamu akan membaca Al-Qur’an, maka memohonlah perlindungan kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk.” (An-Nahl: 98).

4. Perhatikan hukum-hukum tajwid dan bunyikan huruf sesuai dengan makhrajnya serta membacanya dengan tartil (perlahan-lahan). Allah berfirman yang artinya, “Dan Bacalah Al-Qur’an itu dengan tartil.” (Al-Muzzammil: 4).

5. Panjangkan bacaan dan perindah suara. Anas bin Malik z pernah ditanya, bagaimana bacaan Nabi n (terhadap Al-Qur’an)? Anas menjawab, “Bacaannya panjang (mad), kemudian Nabi membaca, “Bismillahir-rahmanirrahim” sambil memanjangkan bismillahi, dan memanjangkan bacaan ar-rahmani dan memanjangkan bacaan ar-rahim.” (HR. Al-Bukhari). Dan Nabi n juga bersabda, “Hiasilah suara kalian dengan Al-Qur’an.” (HR. Abu Daud, dan dishahihkan oleh Al-Albani).

6. Hendaknya membaca sambil merenungkan dan meng-hayati makna yang terkandung pada ayat-ayat yang dibaca, berinteraksi dengannya, sambil memohon Surga kepada Allah bila terbaca ayat-ayat Surga, dan berlindung kepada Allah dari Neraka bila membaca ayat-ayat Neraka.Allah berfirman,“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepada-mu penuh dengan berkah supaya mereka memperhati-kan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Shaad: 29).Sahabat Hudzaifah z menuturkan, “Adalah Nabi n … Apabila terbaca ayat yang mengandung makna bertasbih (kepada Allah) beliau bertasbih, dan apabila terbaca ayat yang mengandung do’a, maka beliau berdo’a, dan apabila terbaca ayat yang bermakna meminta perlindungan (kepada Allah) beliau memohon perlindungan.” (HR. Muslim).“Dan apabila dibacakan ayat-Nya kepada mereka bertambahlah iman mereka.” (al-Anfal: 2)

7. Dengarkan bacaan Al-Qur’an simaklah dengan tenang. Allah berfirman yang artinya: “Dan apabila Al-Qur’an dibacakan, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (Al-A`raf: 204).

8. Jagalah Al-Qur’an dan tekun membacanya dan mempelajarinya (bertadarus) sehingga tidak lupa. Rasulullah n bersabda, “Hafalkanlah Al-Qur’an baik-baik, karena demi Tuhan yang diriku berada di tangan-Nya, hafalan Al-Qur’an benar-benar lebih liar (mudah lepas) dari pada unta yang terikat di tali kendalinya.” (HR. Al-Bukhari).

9. Jangan menyentuh Al-Qur’an kecuali dalam keadaan suci. Allah berfirman yang artinya, “Tidak akan menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan”. (Al-Waqi`ah:79)

10. Wanita yang sedang haid atau nifas boleh membaca Al-Qur’an dengan tidak menyentuh mushafnya menurut salah satu pendapat ulama yang lebih kuat, karena tidak ada hadits shahih yang melarangnya.

11. Nyaringkan bacaan Al-Qur’an selagi tidak ada unsur riya’ atau yang negatif lainnya, atau dapat mengganggu orang yang sedang shalat, atau orang lain yang juga membaca Al-Qur’an. (Lihat HR. Abu Dawud no. 1332)

12. Berhentilah membaca bila sudah ngantuk.Rasulullah n bersabda, “Ápabila salah seorang kamu bangun di malam hari, lalu lisannya merasa sulit untuk membaca Al-Qur’an hingga tidak menyadari apa yang ia baca, maka hendaknya ia berbaring (tidur).” (HR. Muslim).

13. Jangan mengatakan saya lupa dengan ayat-ayat ini, akan tetapi katakan saya terlupakan ayat-ayat ini.

14. Diperbolehkan bagi orang yang berhadats kecil (bukan hadats besar) membaca al-Qur’an dengan hafalan. tanpa menyentuh mushaf. Sedangkan orang yang junub (hadats besar) tidak diperbolehkan membaca maupun menghafal mandi.

15. Mohon selalu taufik kepada Allah agar bisa mengamal-kan Al-Qur’an.

16. Letakkan al-Qur’an pada tempat yang layak dan terhormat, jangan dibawa masuk ke kamar kecil (WC) atau tempat yang tidak layak

17. Dilakukan dengan khusyu’ dengan pendalaman perasaan, memahami maknanya sampai menangis mengucurkan air mata.

18. Jangan menghentikan bacaan al-Qur’an kecuali pada akhir surat atau tempat berhentinya atau karenasesuatu alasan yang dibenarkan oleh syariat, bukan kerena urusan duniawi.

19. Hatamkan al-Qur’an di dalam satu bulan, atau dua puluh hari atau satu pekan atau maksimal tiga hari. Agar dapat mengambil i’tibar, kecuali pada bulan Ramadhan atau di masjidil haram atau bagi orang yang menjaga hafalannya, atau karena keperluan yang penting, beristiqomahlah setiap hari menyediakan waktu untuk membacanya.

20. Bacalah do’a setelah khatam membaca Al-Qur’an.

21. Jangan membaca shadaqallahul ‘adzim ketika usai membaca, karena tidak ada dasar syar’inya, begitu pula mencium dan mengusapnya.

22. Sujudlah ketika membaca ayat-ayat sajadah dan bacalah

“Wajahku sujud kepada zat yang menciptakannya, yang membuka pendengaran dan penglihatannya dengan kemampuan-Nya dan kekuatan-Nya”. (HR. Abu Daud no. 1414, Ahmad; 23502, An Nasa’i: 1129, At-Tirmidzi: 3425), Atau

(HR. Muslim: 771, Ahmad: 805, An Nasai: 1126, At Tirmidzi: 3421, Abu Daud: 760, Ibn Majah: 1054, atau do’a lain yang diajarkan Rasulullah .

23. Dianjurkan pula bersujud tilawah bagi yang berniat mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan sebenarnya. Sujud ini tidak disyaratkan berwudhu.

24. Jangan Menggantungkan atau menempelkan ayat-ayat al-Qur’an untuk hiasan atau mencari barokah dll, karena betentangan dengan tujuan diturunkannya Al-Qur’an itu sendiri. (Lihat QS; Shaad: 29, An-Nisa: 82) dan tidak ada contoh dari Rasulullah .

25. Jangan membaca al-Qur’an untuk mendapatkan upah duniawi (HR. Tirmidzi dari Imron . (Lihat Jam’ul Fawaid Hadits no: 6723)

26. Diizinkan membaca dan menghafal sambil berdiri, duduk, berbaring, naik kendaraan atau lainnya. (Lihat Qs. Az Zukhruf: 13 dan Ali Imran: 191)

27. Jangan membaca al-Qur’an dengan suara berjamaah atau berkumpul-kumpul dalam satu acara seperti kematian kecuali untuk pengajaran atau latihan bagi orang yang hidup karena tidak ada perintah atau contoh demikian dari Rasulullah.

Adab Berdoa

1. Harus diingat bahwa berdo'a adalah ibadah yang agung, sebelum berdo'a hendaknya memuji Allah kemudian bershalawat Nabi saw.

Rasulullah saw pernah mendengar seorang lelaki sedang berdo'a di dalam shalatnya, namun ia tidak memuji Allah SWT dan tidak bershalawat atas Nabi saw maka Nabi bersabda kepadanya, Kamu telah tergesa-gesa wahai orang yang sedang shalat. Apabila selesai shalat, lalu engkau duduk, maka memujilah kepada Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya, dan bershalawatlah kepadaku, kemudian berdo'alah. (HR. At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani).

2. Mengakui dosa-dosa, kekurangan dan merendahkan diri, khusyu', penuh harap dan rasa takut kepada Allah ketika berdo'a.

Allah SWT berfirman, Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera di dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu` kepada Kami. (Al-Anbiya': 90).

3. Berwudhu' sebelum berdo'a, menghadap Kiblat dan mengangkat kedua tangan di saat berdo'a.

Abu Musa Al-Asy`ari ra menyebutkan bahwa seusai perang Hunain, Nabi minta air lalu berwudhu, kemudian mengangkat kedua tangannya; dan aku melihat putihnya kulit ketiak beliau. (Muttafaq 'alaih).

4. Bersungguh-sungguhlah, mantapkan keyakinan dalam memohon.

Rasulullah saw bersabda, Apabila kamu berdo'a kepada Allah, maka bersungguh-sungguhlah, dan jangan sampai ada seorang di antara kalian yang mengatakan, Jika Engkau menghendaki, maka berilah aku, karena sesungguhnya Allah, tidak ada yang dapat memaksa-Nya (Allah). Dan di dalam satu riwayat disebutkan, Akan tetapi hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam memohon dan membesarkan harapan, karena sesungguhnya Allah tidak merasa berat terhadap sesuatu yang Dia berikan. (Muttafaq 'alaih).

5. Hindari do'a buruk terhadap diri sendiri, anak dan harta.

Rasulullah saw bersabda, Jangan sekali-kali kamu mendo'akan keburukan terhadap dirimu dan juga terhadap anak-anak maupun harta kamu sendiri, karena dikhawatirkan do'amu bertepatan dengan waktu Allah mengabulkan do'amu. (HR. Muslim).

6. Rendahkan suara di dalam berdo'a.

Rasulullah saw bersabda, Wahai sekalian manusia, kasihanilah dirimu, karena sesungguhnya kamu tidak berdo'a kepada yang tuli dan tidak pula yang ghaib, sesungguhnya kamu berdo'a (memohon) kepada Yang Maha dekat Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu menyertaimu. (HR. Al-Bukhari).

7. Pusatkan hati di dalam berdo'a.

Rasulullah saw bersabda, Berdo'alah kepada Allah dalam keadaan yakin dikabulkan, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah tidak mengabulkan do'a dari hati yang lalai. (HR. At-Tirmidzi dan dihasankan oleh Al-Albani).

8. Jangan bersajak di dalam berdo'a.

Ibnu Abbas berkata kepada Ikrimah, Perhatikan sajak dalam do'amu, lalu hindarilah itu, karena sesungguhnya aku memperhatikan Rasulullah saw dan para shahabat-nya tidak melakukan hal tersebut. (HR. Al-Bukhari).

9. Carilah dan makanlah dari rizki yang halal agar do'a dikabulkan.

10. Berperantaralah dengan amal sholeh (bertawasul) terutama dengan berbuat baik kepada kedua orang tua, bershodaqah, menunaikan kewajiban dengan sempurna dan rajin mengamalkan ibadah sunnah.

11. Pilihlah kalimat do'a yang baku seperti yang ada pada al-Qur'an dan hadits.

12. Ucapkan do'a itu berulang-ulang.

13. Pilihlah waktu-waktu yang mustajab seperti:

- Di akhir bacaan tasyahud dalam shalat

-Sepertiga akhir malam

-Di antara dua khutbah jum'at

-Di antara adzan dan iqamah

-Di saat waktu ashar hari jum'at sampai maghrib

-Di saat hujan turun lebat

-Di saat ada suara ayam jantan berkokok (HR. Al-Bukhari: 3303, Muslim: 8003)

-Pada hari arafah dan 1-10 Dzulhijjah

-Saat berbuka puasa

-Saat Safar

-Malam lailatul Qadar atau sepuluh akhir Ramadhan.

-Do'a orang tua kepada anaknya

-Do'a saat ketemu dua pasukan perang (Abu Daud: 2540)

14. Tempat-tempat mustajab

- Tanah Arafah di sore hari Arafah (9 Dzulhijjah) .. Di Shofa dan Marwah

-Setelah melempar jumrah ula dan Wustho

-Di masjidil haram, masjid Nabawi dan masjidil Aqsho

-Di masjid saat menuntut ilmu dan madarosah al-Qur'an yaitu saat ber-kumpulnya malaikat dan rahmat

-Di Tempat orang sakit ketika kita menjenguknya

Adab Makan dan Minum

1. Berusahalah dengan hati-hati untuk mencari makanan yang halal.

Allah berfirman,

“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.” (Al-Baqarah: 172).

Yang baik di sini artinya yang halal.

2. Makan dan minum diniatkan agar mampu beribadah kepada Allah, sehingga bernilai ibadah serta mendapat pahala.

3. Cuci tangan sebelum dan setelah makan, dan bersihkan mulut terutama jika hendak menuju sholat.

4. Hendaklah merasa puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan jangan sekali-kali mencelanya. Abu Hurairah menuturkan, “Rasulullah sama sekali tidak pernah mencela makanan. Apabila beliau suka sesuatu ia makan dan jika tidak, maka beliau tinggalkan.” (Muttafaq ’alaih).

5. Jangan makan sambil bersandar atau dengan keadaan meniarap. Rasulullah bersabda; “Aku tidak makan sambil bersandar”. (HR. Al-Bukhari).

Ibnu Umar menuturkan: “Rasulullah n melarang dua tempat makan, iaitu duduk di meja tempat minum khamar dan makan sambil meniarap.” (HR. Abu Daud, dishahihkan oleh Al-Albani).

6. Jangan menggunakan bejana emas dan perak. Nabi S.a.w bersabda, “….. dan janganlah kamu minum dengan menggunakan bejana yang terbuat dari emas dan perak, dan jangan pula kamu makan dengan piring yang terbuat darinya, kerana keduanya untuk mereka (orang kafir) di dunia ini dan untuk kita di akhirat kelak.” (Muttafaq ’alaih)

7. Mulailah makan dan minum dengan membaca bismillah dan diakhiri dengan alhamdulillah. Rasulullah n bersabda, “Apabila seorang di antara kalian makan, hendaklah menyebut nama Allah . dan jika lupa menyebut nama Allah . di awalnya maka hendaklah mengatakan: Bismillahi fi awwalihi wa akhirihi.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Dan mengakhiri dengan Hamdalah, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah sangat meredhai hamba yang apabila telah memakan suatu makanan ia memuji-Nya dan apabila meminum minuman ia pun memuji-Nya.” (HR. Muslim).

8. Makanlah dengan tangan kanan dan mulailah dari yang ada di depanmu.

Rasulullah bersabda kepada Umar bin Salamah, “Wahai anak muda, sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu serta makanlah apa yang di dekatmu.” (Muttafaq ’alaih).

9. Makanlah dengan tiga jari dan menjilati jari-jari itu sesudah makan. Ayah Ka`ab bin Malik menuturkan, “Rasulullah makan dengan tiga jari dan beliau menjilatinya sebelum mengelapnya.” (HR. Muslim).

10. Ambillah makanan yang terjatuh dan buang bahagian yang kotor lalu memakannya. Rasulullah n bersabda, “Apabila suapan makan seorang dari kamu jatuh hendaklah ia memungut dan membuang bahagian yang kotor, lalu makanlah ia dan jangan membiarkannya untuk syetan.” (HR. Muslim).

11. Jangan meniup makan yang masih panas atau bernafas di saat minum. Ibnu Abbas menuturkan, “Bahawasanya Nabi melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya.” (HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).

12. Makanlah secukupnya, jangan berlebih-lebihan. Rasulullah bersabda, “Tiada tempat yang lebih buruk yang dipenuhi oleh seseorang daripada perutnya. Cukuplah bagi seseorang beberapa suap saja untuk menegakkan tulang punggungnya; jikapun terpaksa, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk bernafas.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).

13. Sebagai tuan rumah jangan melihat wajah tamu yang sedang makan, tundukkan pandangan, agar tidak mengganggu perasaan mereka.

14. Jangan memulai makan jamuan jika di dalam majlis ada orang yang lebih berhak memulai, seperti yang lebih tua atau mempunyai kedudukan.

15. Jangan melakukan hal-hal yang menjijikkan, seperti memasukkan tangan ke bejana, atau mendekatkan kepala ke tempat makanan di waktu makan, atau membicarakan perkara-perkara yang menjijikkan.

16. Jangan minum langsung dari bibir bejana (wadah air). Ibnu Abbas berkata, “Nabi melarang minum dari bibir bejana wadah air.” (HR. Al-Bukhari).

17. Minumlah sambil duduk, kecuali jika berhalangan. Sahabat Anas menuturkan, “Bahwa sesungguhnya Nabi melarang minum sambil berdiri.” (HR. Muslim). No. 2023, Ahmad 11775, At Tirmidzi No. 1879 Abu Daud: 3717 Ibnu Majah 3424, Ad Darimi: 2127.

18. Dahulukan makan sebelum shalat jika anda telah lapar. Rasulullah n bersabda:

“Tidak sempurna shalat dengan datangnya makanan dan tidak pula jika seseorang menahan dua hadats” (HR. Muslim:560, Ahmad:23646, Abu Daud; 89)

19. Dahulukan makan dari tepi piring jangan dari atas atau tengahnya (HR. Abu Daud; 3772, Ahmad; 2435; At Tirmidzi; 1805, Ibnu Majah; 3277, Ad Darimi; 2036, 2046 dari Ibnu Abbas) .

20. Jangan mengambil terlalu banyak bila makan bersama orang lain, kecuali jika atas izin kawan dalam jamuan itu. (HR. Al Bukhari; 2455, Muslim; 2045, Ahmad; 5027, At Tirmidzi; 1814, Abu Daud; 3834, Ibnu Majah; 3331, dari Syu’bah dari Jablah.)

21. Tunggulah makanan yang masih panas, jangan dimakan sampai hilang wap panasnya kerana itulah yang lebih besar barokahnya. (HR. Ad Darimi; 2047, Ahmad; 26418, dari Asma bin Abu bakar.)

22. Disunnahkan bagi tuan Rumah atau yang memberi minum untuk minum terakhir setelah giliran para tamu. (HR. Muslim; 681, Ahmad; 22041, At Tirmidzi; 1894, Ibnu Majah; 3436, Ad Darimi; 2135 dari Qatadah.)

23. Diizinkan makan sambil berbicara yang baik, mensyukuri dll. (lihat riwayat Imam Ahmad “Adab Syariah 3:163)

24. Disunnahkan makan sambil berkumpul (HR. Muslim No. 2059, Ahmad; 13810, At Tirmidzi; 1820, Ibnu Ma-jah; 3254, Ad Darimi; 2044, dari Jabir bin Abdullah.

Adab Menerima Tamu

1. Undanglah orang-orang yang bertaqwa, jangan mengundang orang-orang fasiq.

Rasulullah bersabda, “Janganlah kamu bersahabat kecuali dengan seorang mukmin, dan jangan memakan makananmu kecuali orang yang bertaqwa.” (HR. Ahmad dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

2. Undanglah orang-orang fakir, jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan.

Rasulullah bersabda, “Seburuk-buruk makanan adalah makanan pesta pengantin (walimah), karena yang diundang hanya orang-orang kaya, tanpa orang-orang faqir.” (Muttafaq ’alaih)

3. Niatkan untuk mengikuti sunnah dan membahagiakan teman-teman dalam mengundang jamuan jangan diniatkan untuk berbangga-bangga dan berfoya-foya.

Dan Janganlah memaksakan diri untuk mengundang tamu. Anas z menuturkan: “Pada saat kami berada di sisi Umar, ia berkata, “Kami dilarang memaksakan diri (membuat diri sendiri repot).” (HR. Al-Bukhari).

4. Jangan anda membebani tamu untuk membantu, karena hal ini bertentangan dengan kewibawaan dan jangan menampakkan kejemuan terhadap tamu, tetapi menampakkan kegembiraan dengan kehadiran mereka, bermuka manis dan berbicara ramah dan ceria.

5. Segera hidangkan makanan, karena yang demikian itu berarti menghormatinya dan dahulukanlah yang tua dari yang muda dan yang kanan dari yang kiri.

6. Jangan tergesa-gesa mengangkat hidangan sebelum tamu selesai menikmati jamuan anda.

7. Antarkanlah tamu hingga di luar pintu rumah.

Adab Bertamu

1. Undanglah orang-orang yang bertaqwa, jangan mengundang orang-orang fasiq.

Rasulullah bersabda, “Janganlah kamu bersahabat kecuali dengan seorang mukmin, dan jangan memakan makananmu kecuali orang yang bertaqwa.” (HR. Ahmad dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

2. Undanglah orang-orang fakir, jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan.

Rasulullah bersabda, “Seburuk-buruk makanan adalah makanan pesta pengantin (walimah), karena yang diundang hanya orang-orang kaya, tanpa orang-orang faqir.” (Muttafaq ’alaih)

3. Niatkan untuk mengikuti sunnah dan membahagiakan teman-teman dalam mengundang jamuan jangan diniatkan untuk berbangga-bangga dan berfoya-foya.

Dan Janganlah memaksakan diri untuk mengundang tamu. Anas z menuturkan: “Pada saat kami berada di sisi Umar, ia berkata, “Kami dilarang memaksakan diri (membuat diri sendiri repot).” (HR. Al-Bukhari).

4. Jangan anda membebani tamu untuk membantu, karena hal ini bertentangan dengan kewibawaan dan jangan menampakkan kejemuan terhadap tamu, tetapi menampakkan kegembiraan dengan kehadiran mereka, bermuka manis dan berbicara ramah dan ceria.

5. Segera hidangkan makanan, karena yang demikian itu berarti menghormatinya dan dahulukanlah yang tua dari yang muda dan yang kanan dari yang kiri.

6. Jangan tergesa-gesa mengangkat hidangan sebelum tamu selesai menikmati jamuan anda.

7. Antarkanlah tamu hingga di luar pintu rumah.

8. Kembalilah dengan ridho dan maafkan kekurangan yang ada pada tuan rumah.

9. Do’akan tuan rumah seusai menyantap hidangannya. Dengan do’a:

“Orang yang berpuasa telah berbuka puasa padamu. orang-orang yang baik telah memakan makananmu dan para malaikat telah bershalawat untukmu.” (HR. Abu Daud, dishahihkan Al-Albani).

“Ya Allah, ampunilah mereka, belas kasihilah mereka, berkahilah bagi mereka apa yang telah Engkau karunia-kan kepada mereka. Ya Allah, berilah makan orang yang telah memberi kami makan, dan berilah minum orang yang memberi kami minum.”



http://caraislam.weebly.com/ ISLAM ITU INDAH

Panduan Hukum Islam (Tentang Adab)

ADAB ISLAMI (1)

Adab Tidur dan Bangun

1. Muhasabah; Hendaklah menghitung-hitung sesaat sebelum tidur, mengoreksi segala perbuatan yang telah ia lakukan di siang hari. Ini sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Lalu jika ia dapatkan perbuatannya itu baik, maka hendaknya memuji Allah Subhanahu wa ta’ala, jangan memuji diri sendiri, dan jika sebaliknya, maka hendaknya segera memohon ampunan-Nya, kembali dan bertobat kepada-Nya.

2. Tidurlah seawal mungkin, jangan larut malam, berdasarkan hadits yang bersumber dari `Aisyah radhiallahu ‘anha “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur pada awal malam dan bangun pada penghujung malam, lalu beliau melakukan shalat.” (Muttafaq `alaih)

3. Berwudhulah sebelum tidur dan berbaring miring ke sebelah kanan. Sahabat Rosulullah, Al-Bara’ bin `Azibz menuturkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kamu akan tidur, maka berwudhu’lah sebagaimana wudhu’ untuk shalat, kemudian berbaringlah dengan miring ke sebelah kanan...” Dan tidak mengapa berbalik ke sebelah kiri nantinya.

4. Kibaskan sprei tiga kali sebelum berbaring, berdasarkan hadits Abu Hurairahz bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seorang dari kalian akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah mengirapkan kain tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak tahu apa yang ada di atasnya...” Di dalam satu riwayat dikatakan, “Tiga kali.” (Muttafaq `alaih)

5. Berbaringlah dengan miring kanan. Jangan tidur tengkurap. Abu Dzarz menuturkan, “Nabi n pernah lewat di dekatku, di saat itu aku sedang tengkurap, maka Nabi membangunkanku dengan kakinya sambil bersabda, ”Wahai Junaidab (panggilan Abu Dzar), sesungguhnya berbaring seperti ini (teng-kurap) adalah cara berbaringnya penghuni neraka.” (HR. Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al-Albani)

6. Jangan tidur di atas dak terbuka, karena di dalam hadits yang bersumber dari `Ali bin Syaiban disebutkan bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Barangsiapa yang tidur malam di atas atap rumah yang tidak ada penutupnya, maka hilanglah jaminan darinya.” (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Al-Mufrad dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

7. Tutuplah pintu, jendela, dan memadamkan api dan lampu sebelum tidur. Dari Jabir radhiallahu ‘anha diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Padamkanlah lampu di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan minuman.” (Muttafaq ’alaih)

8. Baca ayat Kursi, dua ayat terakhir dari Surah Al-Baqarah, Surah Al-Ikhlas dan Al-Mu`awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas), karena banyak hadits-hadits shahih yang menganjurkan hal tersebut.

9. Baca do’a-do’a dan dzikir yang keterangannya shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti :

“Ya Allah, peliharalah aku dari adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali segenap hamba-Mu.” Dibaca tiga kali. (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Al-Albani)

Dan ucapkan,

“Dengan menyebut nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup.” (HR. Al-Bukhari)

10. Apabila di saat tidur merasa kaget atau gelisah atau merasa ketakutan, maka disunnatkan (dianjurkan) berdo’a dengan do’a berikut ini :

“Aku berlindung dengan Kalimatullah yang sempurna dari murka-Nya, kejahatan hamba-hamba-Nya, dari gangguan syetan dan kehadiran mereka kepadaku.” (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Al-Albani)

11. Bila bermimpi baik, maka bergembiralah dan ceritakan hanya kepada orang yang senang kepadamu. Bila mimpi buruk, maka meludahlah ke kiri tiga kali, baca ta’awudz jangan diceritakan kepada orang lain, dan pindahlah posisi tidur, atau bangunlah dan shalatlah.

12. Ketika bangun tidur hendaknya ucapkan,

“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami
setelah kami dimatikan-Nya, dan kepada-Nya lah kami dikembalikan.” (HR. Al-Bukhari).

Atau dengan ayat penutup Ali Imran, kemudian shalat (HR. Al-Bukhari 103, Muslim 763, Ahmad 2165, An-Nasai 1620, Abu Dawud 58)

Adab Membuang Hajat

1. Jangan menunda-nunda, segeralah membuang hajat. Apabila seseorang merasa akan buang air, maka hendaknya bersegera melakukannya, karena hal tersebut berguna bagi agamanya dan bagi kesehatan jasmaninya.

2. Menjauhlah dari pandangan manusia di saat buang air (hajat). Berdasarkan hadits yang bersumber dari Al-Mughirah bin Syu`bah radhiallahu ‘anhu disebutkan, “Bahwasanya NabiShollallahu ‘alahi wa sallamapabila pergi untuk buang air (hajat), maka beliau menjauh.” (Diriwayatkan oleh empat Imam dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

3. Hindarilah tiga tempat terlarang, yaitu aliran air, jalan-jalan manusia dan tempat berteduh mereka. Sebab ada hadits dari Mu`adradhiallahu ‘anhu bin Jabalradhiallahu ‘anhu yang menyatakan demikian.

4. Jangan mengangkat pakaian sehingga sudah dekat ke tanah, yang demikian itu supaya aurat tidak kelihatan. Di dalam hadits yang bersumber dari Anasradhiallahu ‘anhu, ia menuturkan, “Biasanya apabila Nabi Shollallahu ‘alahi wasallam hendak membuang hajatnya tidak mengangkat (meninggikan) kainnya sehingga sudah dekat ke tanah.” (HR. Abu Daud dan At-Turmudradhiallahu ‘anhui, dinilai shahih oleh Al-Albani).

5. Jangan membawa sesuatu yang berisi ungkapan Allah Subhanahu wa ta’ala kecuali karena terpaksa. Karena tempat buang air (WC dan yang semacamnya) merupakan tempat kotoran dan hal-hal yang najis, tempat syetan berkumpul. Hal ini demi memelihara nama Allah Subhanahu wa ta’ala dari penghinaan dan tindakan meremehkannya.

6. Jangan menghadap atau membelakangi kiblat, berdasarkan hadits yang bersumber dari Abu Ayyub Al-Anshariradhiallahu ‘anhu, ia menyebutkan bahwasanya Nabi  Shollallahu ‘alahi wasallam telah bersabda, “Apabila kamu sampai di tempat buang air, maka janganlah kamu menghadap kiblat dan jangan pula membelakanginya, apakah itu untuk buang air kecil ataupun air besar.” (Muttafaq’alaih).

Ketentuan di atas berlaku apabila di ruang terbuka saja. Adapun jika di dalam ruang (WC) atau adanya penutup/ penghalang yang membatasi antara si pembuang hajat dengan kiblat, maka boleh menghadap ke arah kiblat namun membelakangi kiblat lebih baik daripada menghadapnya.

7. Jangan kencing di air yang tergenang (tidak mengalir), berdasarkan hadits yang bersumber dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shollallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Jangan sekali-kali seseorang di antara kalian buang air kecil di air yang menggenang yang tidak mengalir kemudian ia mandi di situ.” (Muttafaq ’alaih)

8. Jangan mencuci kotoran dengan tangan kanan, karena hadits yang bersumber dari Abu Qatadahradhiallahu ‘anhu menyebutkan bahwasanya Nabi Shollallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Jangan sekali-kali seseorang di antara kalian memegang dradhiallahu ‘anhuakar (kemaluan)nya dengan tangan kanannya di saat kencing dan jangan pula bersuci dari buang air dengan tangan kanannya.” (Muttafaq ’alaih)

9. Kencinglah sambil duduk (jongkok), tetapi boleh juga sambil berdiri. Pada dasarnya buang air kecil itu di lakukan sambil duduk, berdasarkan hadits `Aisyah d yang berkata, “Siapa yang telah memberitakan kepada kamu bahwa Rasulullah Shollallahu ‘alahi wasallam kencing sambil berdiri, maka jangan kamu percaya, sebab Rasulullah Shollallahu ‘alahi wasallam tidak pernah kencing kecuali sambil duduk.” (HR. An-Nasa`i dan dinilai shahih oleh Al-Albani). Sekalipun demikian seseorang dibolehkan kencing sambil berdiri dengan syarat badan dan pakaiannya aman dari percikan air kencingnya dan aman dari pandangan orang lain kepadanya. Hal itu karena ada hadits yang bersumber dari Hudradhiallahu ‘anhuaifahradhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku pernah bersama Nabi Shollallahu ‘alahi wasallam (di suatu perjalanan) dan ketika sampai di tempat pembuangan sampah suatu kaum, beliau buang air kecil sambil berdiri, maka akupun menjauh darinya. Beliaupun bersabda, “Mendekatlah ke mari.” Maka aku mendekati beliau hingga aku berdiri di sisi kedua mata kakinya. Lalu beliau berwudhu dan mengusap kedua terompahnya.” (Muttafaq ‘alaih).

10. Jangan berbicara ketika buang hajat kecuali darurat, berdasarkan hadits yang bersumber dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu, “Bahwa sesungguhnya ada seorang lelaki lewat, sedangkan Rasulullah Shollallahu ‘alahi wasallam sedang buang air kecil. Lalu orang itu memberi salam (kepada Nabi), namun beliau tidak menjawabnya.” (HR. Muslim).

11. Jangan bersuci (istijmar) dengan menggunakan tulang atau kotoran hewan, dan disunnatkan bersuci dengan jumlah ganjil. Di dalam hadits yang bersumber dari Salman Al-Farisi radhiallahu ‘anhu disebutkan bahwasanya ia berkata, “Kami dilarang oleh Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam beristinja’ (bersuci) dengan menggunakan kurang dari tiga biji batu, atau beristinja’ dengan menggunakan kotoran hewan atau tulang.” (HR. Muslim).

12. NabiShollallahu ‘alahi wa sallam juga bersabda,
“Barangsiapa yang bersuci menggunakan batu (istijmar), maka hendaklah diganjilkan.”

13. Masuklah ke WC dengan mendahulukan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan berbarengan dengan dradhiallahu ‘anhuikirnya masing-masing. Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ia berkata, “Adalah Rasulullah Shollallahu ‘alahi wasallam apabila masuk ke WC mengucapkan :

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu daripada syetan jantan dan syetan betina.”

Dan apabila keluar mendahulukan kaki kanan sambil mengucapkan :

(ampunan-Mu ya Allah).

14. Cuci kedua tangan sesudah menunaikan hajat.

Diriwayatkan bahwasanya “Nabi Shollallahu ‘alahi wa sallam menunaikan hajatnya (buang air) kemudian bersuci dari air yang ada di dalam bejana kecil, lalu menggosokkan tangannya ke tanah.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu)

Adab Berpakaian dan Perhiasan

1. Pakailah pakaiaan yang suci, jangan memakai pakaian yang najis. (Al-Mudatsir: 4)

Disunnatkan memakai pakaian baru, bagus dan bersih.

Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda kepada salah seorang shahabatnya ketika beliau melihatnya mengenakan pakaian jelek, “Apabila Allah mengaruniakan kepadamu harta, maka tampakkanlah bekas nikmat dan kemurahan-Nya itu pada dirimu.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).

2. Pakaian harus menutup aurat, yaitu longgar tidak membentuk lekuk tubuh dan tebal tidak memperlihat-kan apa yang ada di baliknya.

3. Pakaian laki-laki tidak boleh menyerupai pakaian perempuan atau sebaliknya, berdasarkan hadits yang bersumber dari Ibnu Abbasz, ia menuturkan: “Rasulullah melaknat (mengutuk) kaum pria yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupai kaum pria.” (HR. Al-Bukhari).

Tasyabbuh atau penyerupaan itu bisa dalam bentuk pakaian ataupun lainnya.

4. Pakaian tidak merupakan pakaian show (untuk ketenaran), karena Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Barangsiapa yang mengenakan pakaian ketenaran di dunia niscaya Allah akan mengenakan padanya pakaian kehinaan di hari Kiamat.” (HR. Ahmad, dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

5. Jangan gunakan pakaian bergambar makhluk yang bernyawa atau gambar salib, karena hadits yang bersumber dari Aisyah d menyatakan bahwasanya ia berkata, “Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah membiarkan pakaian yang ada gambar salibnya kecuali beliau menghapusnya.” (HR. Al-Bukhari dan Ahmad).

6. Laki-laki tidak boleh memakai emas dan kain sutera kecuali dalam keadaan terpaksa, karena hadits yang bersumber dari AliShollallahu ‘alaihi wa sallammengatakan “bahwa Nabi Allah Shollallahu ‘alaihi wa sallam pernah membawa kain sutera di tangan kanannya dan emas di tangan kirinya, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya dua jenis benda ini haram bagi kaum lelaki dari umatku.” (HR. Abu Daud dan dinilai shahih oleh Al-Albani)

7. Pakaian laki-laki tidak boleh panjang melebihi kedua mata kaki, karena Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Apa yang berada di bawah kedua mata kaki dari kain itu di dalam Neraka.” (HR. Al-Bukhari)

Namun pakaian perempuan, harus menutup seluruh badannya, termasuk kedua kakinya atau lebih.

Adalah haram hukumnya orang yang menyeret (meng-gusur) pakaiannya karena sombong dan bangga diri. Sebab ada hadits yang menyatakan, “Allah tidak akan memperhatikan di hari Kiamat kelak kepada orang yang menyeret kainnya karena sombong.” (Muttafaq ’alaih)

8. Disunnatkan mendahulukan bagian yang kanan ketika berpakaian atau lainnya. Aisyah Radhiallahu ‘anha di dalam haditsnya berkata, “Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam suka bertayammun (memulai dengan yang kanan) di dalam segala perihalnya, ketika memakai sandal, menyisir rambut dan bersuci.” (Muttafaq ’alaih)

Jika mengenakan pakaian baru bacalah,

“Segala puji bagi Allah yang telah menutupi aku dengan pakaian ini dan mengaruniakannya kepadaku tanpa daya dan kekuatan dariku.” (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

9. Pakailah pakaian berwarna putih (ini yang terbaik), ka-rena sebuah hadits mengatakan, “Pakailah pakaianmu yang berwarna putih, karena yang putih itu adalah yang terbaik dari pakaian kamu...” (HR. Ahmad dan dinilai shahih oleh Al-Albani)

10. Gunakan parfum, kecuali bila dalam keadaan berihram untuk haji ataupun umrah, atau jika perempuan itu sedang berihdad (berkabung) atas kematian suaminya, atau jika ia berada di suatu tempat yang ada laki-laki asing (bukan mahramnya), karena larangannya shahih.

11. Haram hukumnya memasang tato, menipiskan bulu alis, memotong gigi supaya cantik dan menyambung rambut (bersanggul). Karena Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam di dalam haditsnya mengatakan, “Allah melaknat (mengutuk) wanita pema-sang tato dan yang minta ditato, wanita yang menipiskan bulu alisnya dan yang meminta ditipiskan dan wanita yang meruncingkan giginya supaya kelihatan cantik, (mereka) mengubah ciptaan Allah.” Dan di dalam riwayat Imam Al-Bukhari disebutkan, “Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya.” (Muttafaq ’alaih).

12. Pakailah sandal atau sepatu sepasang, jangan sebelah.

Adab di Jalanan

1. Berjalanlah dengan tenang, tidak cepat maupun lambat. Berjalanlah dengan sikap wajar dan tawadhu, tidak berlagak sombong di saat berjalan atau mengangkat kepala karena sombong atau memalingkan wajah dari orang lain karena takabbur. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya,

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman: 18)

2. Pelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:

“Katakanlah kepada laki-laki beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan-nya, dan memelihara kemaluannya....” (An-Nur: 30-31)

3. Jangan mengganggu, membuang kotoran atau sisa makanan di jalan-jalan manusia, dan buang air besar atau kecil di situ atau di tempat yang dijadikan tempat mereka berteduh.

4. Singkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang menyebabkan anda bisa masuk surga. Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shollallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Ketika ada seseorang sedang berjalan di suatu jalan, ia menemukan dahan berduri di jalan tersebut, lalu orang itu menyingkirkannya. Maka Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosanya...” Di dalam suatu riwayat disebutkan, “Maka Allah memasukkannya ke Surga.” (Muttafaq ’alaih)

5. Jawablah salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal. Ini hukumnya wajib, karena Rasulullah Shollallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Ada lima perkara wajib bagi seorang muslim terhadap saudaranya…” dan di antaranya, “Menjawab salam.” (Muttafaq ‘alaih).

6. Ber’amar ma`ruf dan nahi munkar. Ini juga wajib dilakukan oleh setiap muslim, masing-masing sesuai kemampuannya.

7. Tunjukkan orang yang tersesat (salah jalan), berikan bantuan kepada orang yang membutuhkan dan tegurlah orang yang berbuat keliru serta membela orang yang teraniaya. Di dalam hadits disebutkan “Setiap persendian manusia mempunyai kewajiban sedekah...” dan disebutkan di antaranya, “Berbuat adil di antara manusia adalah sedekah, menolong dan membawanya di atas kendaraannya adalah sedekah atau mengangkatkan barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah dan menunjukkan jalan adalah sedekah....” (Muttafaq ‘alaih).

8. Wanita hendaklah berjalan di pinggir jalan. Pada suatu ketika Nabi Shollallahu ‘alahi wa sallam pernah melihat campur baurnya laki-laki dengan wanita di jalanan, maka ia bersabda kepada wanita: “Menepilah kalian, kalian tidak layak memenuhi jalan, hendaklah kalian menelusuri tepi jalan.” (HR. Abu Dawud, dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

Jangan ngebut bila mengendarai mobil khususnya di jalan-jalan yang ramai dengan pejalan kaki, melapangkan jalan untuk orang lain dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk lewat. Semua itu termasuk tolong-menolong di dalam kebajikan. Aturlah posisi dan jarak, jangan membikin macet jalanan, taati rambu-rambu lalu lintas.

9. Parkirlah kendaraan pada tempatnya dan kuncilah, jika meninggalkannya.

Adab Memberi Salam

1. Ucapan salam adalah, “Assalamu ‘alaikum …”. Makruh memberi salam dengan ucapan, “Alaikumus salam” karena di dalam hadits Jabirradhiallahu ‘anhu diriwayatkan bahwasanya ia menuturkan, “Aku pernah menjumpai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku berkata, “Alaikas salam ya Rasulallah.” Nabi menjawab, “Jangan kamu mengatakan, “Alaikas salam”. Di dalam riwayat Abu Daud disebutkan, “Karena sesungguhnya ucapan “alaikas salam” itu adalah salam untuk orang-orang yang telah mati.” (HR. Abu Daud dan At-Turmudzi, dishahihkan oleh Al-Albani).

2. Mengucapkan salam tiga kali jika khalayak banyak jumlahnya. Di dalam hadits Anas radhiallahu ‘anhu disebutkan bahwa “Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam apabila ia mengucapkan suatu kalimat, ia mengulanginya tiga kali. Dan apabila ia datang kepada suatu kaum, ia memberi salam kepada mereka tiga kali.” (HR. Al-Bukhari No.95).

3. Termasuk sunnah adalah orang yang mengendarai kendaraan mengucapkan salam kepada orang yang berjalan kaki, dan orang yang berjalan kaki mengucap-kan salam kepada orang yang duduk, orang yang jumlahnya sedikit kepada yang banyak, dan orang yang lebih muda kepada yang lebih tua. Demikianlah disebutkan di dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu yang muttafaq‘alaih.

4. Keraskan suara ketika mengucapkan salam dan demikian pula menjawabnya, kecuali jika di sekitarnya ada orang-orang yang sedang tidur. Di dalam hadits Miqdad bin Al-Aswad disebutkan di antaranya, “Dan kami pun memerah susu (binatang ternak) hingga setiap orang dapat bagian minum, dan kami sediakan bagian untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam . Miqdad radhiallahu ‘anhu berkata,” Maka Nabi pun datang di malam hari dan mengucapkan salam yang tidak membangunkan orang yang sedang tidur, namun dapat didengar oleh orang yang terjaga.” (HR. Muslim)

5. Ucapkan salam ketika masuk ke suatu majlis dan ketika akan meninggalkannya, karena hadits menyebutkan, “Apabila salah seorang kamu sampai di suatu majlis hendaklah mengucapkan salam. Dan apabila hendak keluar hendaklah mengucapkan salam, dan tidaklah salam yang pertama lebih utama daripada yang ke dua.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani)

6. Berikan salam ketika masuk ke suatu rumah, sekalipun rumah itu kosong, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman yang artinya,

“Dan apabila kamu akan masuk ke suatu rumah, maka ucapkanlah salam atas diri kalian.” (An-Nur: 61).

Dan berdasarkan ucapan Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu, “Apabila seseorang akan masuk ke suatu rumah yang tidak berpenghuni, maka hendaklah ia mengucapkan,

“Keselamatan bagi kalian dan kami dan bagi hamba Alloh yang sholih.” (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Al-Mufrad, dan dishahih-kan oleh Al-Albani).

7. Jangan memberi salam kepada orang yang sedang di WC (buang hajat), berdasarkan hadits Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu yang menyebutkan, “Bahwasanya ada seseorang yang lewat sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang buang air kecil, orang itu memberi salam, namun beliau tidak menjawabnya.” (HR. Muslim).

8. Berikan salam kepada anak-anak, berdasarkan hadits yang bersumber dari Anas radhiallahu ‘anhu menyebutkan, bahwasanya ketika ia lewat di sekitar anak-anak ia mengucapkan salam, dan ia mengatakan, “Demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam .” (Muttafaq ’alaih)

9. Ucapan salam kepada kelompok orang, dapat dijawab oleh seorang atau sebagiannya (HR. Abu Daud no. 5210) Jangan mengucapkan salam kepada Ahli Kitab, sebab Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian terlebih dahulu memberi salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani.....” (HR. Muslim). Dan apabila mereka yang memberi salam, maka kita jawab dengan mengucapkan وعليكم “Wa’alaikum” saja, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila Ahli Kitab memberi salam kepada kamu, maka jawablah, “Wa’alaikum.” (Muttafaq ’alaih)

10. Berikanlah salam kepada orang yang kamu kenal ataupun yang tidak kamu kenal. Di dalam hadits Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhu disebutkan bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Islam yang manakah yang paling baik?” Jawab Nabi, “Engkau memberikan makanan dan memberi salam kepada orang yang telah kamu kenal dan yang belum kamu kenal.” (Muttafaq ’alaih).

11. Jawablah salam orang yang menyampaikan salam lewat orang lain dan kepada yang dititipinya. Pada suatu ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallamlalu berkata, “Sesungguhnya ayahku menyampaikan salam untukmu.” Maka Nabishallallahu ‘alaihi wa sallammenjawab, “`Alaika wa `ala abikas salam.”

12. Jangan memberi salam dengan isyarat kecuali karena uzur, seperti karena sedang shalat atau bisu atau karena orang yang akan diberi salam itu jauh jaraknya. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian memberi salam seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena sesungguhnya cara penyampaian mereka memakai isyarat dengan tangan.” (HR. Al-Baihaqi dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

13. Disunnahkan atas setiap orang untuk berjabatan tangan dengan saudaranya. Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, “Tiada dua orang muslim yang saling berjumpa lalu berjabat tangan, melainkan diampuni dosa keduanya sebelum mereka berpisah.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).

14. Dianjurkan untuk tidak melepas tangan terlebih dahulu di saat berjabatan tangan sebelum orang yang diajak berjabat tangan itu melepasnya.

Sahabat Anas radhiallahu ‘anhu menyebutkan, “Apabila diterima oleh seseorang untuk berjabat tangan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melepas tangannya sebelum orang itu yang melepasnya...” (HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani)

15. Haram hukumnya membungkukkan tubuh atau sujud ketika memberi penghormatan, karena hadits yang bersumber dari Anas radhiallahu ‘anhu menyebutkan, “Ada seorang lelaki berkata, “Wahai Rasulullah, kalau salah seorang di antara kami berjumpa dengan temannya, apakah ia harus membungkukkan tubuhnya kepadanya?”

Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak”.

Orang itu bertanya, “Apakah ia merangkul dan menciumnya?”

Jawab Nabi, “Tidak.”

Orang itu bertanya, “Apakah ia berjabat tangan dengannya?”

Jawab Nabi, “Ya, jika ia mau.” (HR. At-Tirmidzi dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

16. Haram berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahramnya. Ketika diajak jabat tangan oleh kaum wanita di saat baiat, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya aku tidak berjabatan tangan dengan kaum wanita.” (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasai, dan dishahihkan oleh Al-Albani).

17. Diizinkan berdiri menyambut kedatangan orang yang dicintai, seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh bani Quraidhah di sisi beliau agar berdiri menyambut pemimpin kaumnya, Sa’ad bin Muadz radhiallahu ‘anhu (HR. Al-Bukhari no. 6262, Muslim no. 1768, Ahmad no. 25610. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berdiri menyambut putri beliau Fathimah x dan begitu pula sebaliknya (HR. Abu Daud no. 5217, At-Tirmidzi no. 3872)

Adab Meminta Izin

1. Tiga waktu yang kurang tepat untuk minta izin: Sebelum shalat Shubuh, saat Dzuhur, dan setelah Isya’ (Annur: 58). Maka orang yang akan meminta izin hendaklah memilih waktu yang tepat untuk minta izin.

2. Sambil mengucapkan salam, hendaknya orang yang akan minta izin mengetuk pintu rumah orang yang akan dikunjunginya secara pelan. Anas radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwasanya ia telah berkata, “Sesungguhnya pintu-pintu kediaman Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam diketuk (oleh para tamunya) dengan ujung kuku.” (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Al-Mufrad dan dishahihkan oleh Al-Albani).

3. Hendaknya orang yang mengetuk pintu tidak menghadap ke pintu yang diketuk, tetapi sebaiknya menolehkan pandangannya ke kanan atau ke kiri agar pandangan tidak tertuju kepada sesuatu di dalam rumah tersebut yang mana penghuninya tidak ingin ada orang lain melihatnya, karena dianjurkannya minta izin itu sebenarnya dianjurkan untuk menjaga pandangan.

4. Sebelum minta izin hendaknya memberi salam terlebih dahulu.

Rib`iy berkata, “Seorang lelaki dari Bani `Amir telah bercerita kepada saya seorang, bahwasanya ia pernah minta izin kepada Nabi n di saat beliau ada di suatu rumah.

Orang itu berkata, “Bolehkah saya masuk?”

Maka Nabi n berkata kepada pembantunya, “Jumpai-lah orang itu dan ajari dia cara minta izin, dan katakan kepadanya, Ucapkan Assalamu`alaikum, bolehkah saya masuk?”. (HR. Ahmad dan Abu Daud, dishahihkan oleh Al-Albani)

5. Minta izin itu sampai tiga kali, jika sesudah tiga kali tidak ada jawaban, maka hendaknya pulang.

Rasulullah radhiallahu ‘anhu bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu minta izin sampai tiga kali, lalu tidak mendapat izin, maka hendaklah ia pulang.” (Muttafaq ’alaih)

6. Apabila orang yang minta izin itu ditanya tentang namanya, maka hendaklah ia menyebutkan nama dan panggilannya, dan jangan mengatakan, “Saya”.

Jabir radgiallahu ‘anhu menuturkan, “Aku pernah datang kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam untuk menanyakan hutang yang ada pada ayah saya. Maka aku ketuk pintu (rumah Nabi).

Lalu Nabi berkata, “Siapa itu?”

Maka aku jawab, “Saya.”

Maka Nabi berkata, “Saya! Saya!” dengan nada tidak suka.” (Muttafaq ’alaih)

Hendaklah peminta izin pulang apabila permintaan izinnya ditolak, karena Allah telah berfirman yang artinya:

“Dan jika dikatakan kepada kamu “pulang”, maka pulanglah kamu, karena yang demikian itu lebih suci bagi kamu.” (An-Nur: 28).

7. Hendaknya peminta izin tidak memasuki rumah apabila tidak ada orangnya, karena hal tersebut merupakan pelanggaran atas hak orang lain.

8. Menggunakan waktu sebaik-baiknya, mencukupkan dengan pembicaraan dan kepentingan seperlunya

9. Selalu menjaga sopan santun di rumah orang lain.

Adab Majelis

1. Berilah izin salam atau mintalah izin kepada orang-orang yang di dalam majlis ketika masuk dan keluar dari majlis tersebut.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian sampai di suatu majlis, maka hendaklah memberi salam, lalu jika dilihat layak baginya duduk, maka hendaklah ia duduk. Kemudian jika bangkit (akan keluar) dari majlis hendaklah memberi salam pula. Bukanlah salam yang pertama lebih utama daripada yang kedua.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, dinilai shahih oleh Al-Albani).

2. Duduklah di tempat yang masih tersisa.

Jabir bin Samurah radhiallahu ‘anhu menuturkan, “Apabila kami datang kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, maka masing-masing dari kami duduk di tempat yang masih tersedia di majlis.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).

3. Jangan menyuruh orang lain untuk pindah dari tempat duduknya kemudian anda mendudukinya, akan tetapi berlapang-lapanglah di dalam majlis.

Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang tidak boleh memerintah-kan orang lain pindah dari tempat duduknya lalu ia menggantikannya, akan tetapi berlapanglah dan perluaslah.” (Muttafaq ’alaih).

4. Jangan duduk di tengah-tengah (lingkaran majlis) halaqah.

5. Jangan duduk di antara dua orang yang sedang duduk kecuali seizin mereka.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak halal bagi seseorang memisah di antara dua orang kecuali seizin keduanya.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).

6. Jangan menempati tempat duduk orang lain yang keluar sementara waktu untuk suatu keperluan.

Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seorang di antara kamu bangkit (keluar) dari tempat duduknya, kemudian kembali, maka ia lebih berhak menempatinya.” (HR. Muslim).

7. Jangan berbisik berduaan dengan tidak melibatkan orang ke tiga.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian sedang bertiga, maka yang dua orang tidak boleh berbisik-bisik tanpa melibatkan yang ketiga sehingga kalian berbaur dengan orang banyak, karena hal tersebut dapat membuatnya sedih.” (Muttafaq ’alaih).

8. Jangan banyak tertawa.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian memperba-nyak tawa, karena banyak tawa itu mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

9. Jagalah pembicaraan yang terjadi di dalam forum (majlis). Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seseorang membicarakan suatu pembicaraan, kemudian ia, maka itu adalah amanat.” (HR. At-Tirmidzi, dinilai hasan oleh Al-Albani) Amanah bagi yang ditoleh.

10. Jangan melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan perasaan orang lain, seperti menguap, membuang ingus atau bersendawa di dalam majlis.

11. Jangan memata-matai.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kamu mencari-cari atau memata-matai orang.” (Muttafaq ’alaih).

12. Tutuplah majlis dengan do`a kaffarah majlis. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang duduk di dalam suatu majlis dan di majlis itu terjadi banyak gaduh, kemudian sebelum bubar dari majlis itu ia berdo’a,

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan segala puji bagi-Mu;

aku bersaksi bahwasanya tiada yang berhak disembah selain Engkau; aku memohon ampunan-Mu dan aku bertobat kepada-Mu,”

“Melainkan Allah mengampuni apa yang terjadi di majlis itu baginya.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Utamakan duduk bersama orang-orang shalih dan fakir miskin muslimin. Allah berfirman yang artinya:

“Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”.(Al-Kahfi :28)

13. Isilah majlis dengan ingat kepada Allah agar tidak bernilai kotor di sisi Allah dan kerugian (HR. Abu Daud)

14. Jagalah kebersihan dan bau harum atau kesegaran ruangan.

15. Bicaralah secara halus dan sopan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'af-kanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. 3:159)



http://caraislam.weebly.com/ ISLAM ITU INDAH